Ir. Soekarno | |
---|---|
![]() |
|
Presiden Indonesia ke-1 | |
Masa jabatan 18 Agustus 1945 – 12 Maret 1967 (21 tahun) |
|
Wakil Presiden | Mohammad Hatta (1945) |
Didahului oleh | Tidak ada, jabatan baru |
Digantikan oleh | Soeharto |
Informasi pribadi | |
Lahir | Kusno Sosrodihardjo 6 Juni 1901 ![]() |
Meninggal | 21 Juni 1970 (umur 69)![]() |
Kebangsaan | Indonesia |
Partai politik | PNI |
Suami/istri | Oetari (1921–1923) Inggit Garnasih (1923–1943) Fatmawati (1943–1956) Hartini (1952–1970) Kartini Manoppo (1959–1968) Ratna Sari Dewi (1962–1970) Haryati (1963–1966) Yurike Sanger (1964–1968) Heldy Djafar (1966–1969) |
Anak | Guntur Soekarnoputra Megawati Soekarnoputri Rachmawati Soekarnoputri Sukmawati Soekarnoputri Guruh Soekarnoputra (dari Fatmawati) Taufan Soekarnoputra Bayu Soekarnoputra (dari Hartini) Totok Suryawan (dari Kartini Manoppo) Kartika Sari Dewi Soekarno (dari Ratna Sari Dewi) |
Profesi | Insinyur Politikus |
Agama | Islam |
Tanda tangan | ![]() |
Bung Karno Mendobrak PBB
Percaya diri, satu kata yang tepat untuk
kita letakkan di dada Presiden Soekarno. Terlalu banya catatan kecil
dimana Presiden Soekarno mendobrak Protokoler International untuk
mengikuti Protokoler ala Soekarno. Jangankan hanya di Negara kelas 3,
Amerikapun harus mampu menekan dada atas dobrakan yang dilakukan oleh
Presiden Soekarno. Maka tak heran apabila setiap kunjungan kenegaraan
keberbagai Negara sosok Presiden Soekarno selalu menjadi Head Line news.
Tak terkecuali lembaga besar seperti PBB.
DENGAN baju kebesaran berwarna putih,
lengkap dengan kopiah dan kacamata baca, Bung Karno tidak mempedulikan
protokoler Sidang Umum.
Biasanya, setiap kepala negara berpidato
sendiri saja. Tetapi, untuk pertama kalinya, Bung Karno naik ke podium
didampingi ajudannya, Letkol (CPM) M Sabur. Lima tahun kemudian, per
tanggal 1 Januari 1965, Bung Karno menyatakan Indonesia keluar dari PBB.
Ia memrotes penerimaan Malaysia, antek kolonialisme Inggris, menjadi
anggota tidak tetap Dewan Keamanan (DK)-PBB. Ketika mendengar instruksi
Pemimpin Besar Revolusi Indonesia itu dari PTRI New York, Sekjen PBB U
Thanh menangis sedih, tak menyangka BK begitu marah dan kecewa.
Bung Karno dikenal sering kecewa dengan
kinerja DK-PBB. Sampai sekarang pun kewenangan DK-PBB yang terlalu luas
masih sering terasa kontroversial. Misalnya, ketika mereka-terutama AS,
Inggris dan Perancis-bersama Sekjen Koffi Annan, menjatuhkan
sanksi-sanksi tak berperikemanusiaan atas Irak. Sudah lama memang Bung
Karno tidak menyukai struktur PBB yang didominasi negara-negara Barat,
tanpa memperhitungkan representasi Dunia Ketiga yang sukses unjuk
kekuatan dan kekompakan melalui Konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun
1955. Untuk itulah, setiap tahun Bung Karno coba mengoreksi ketimpangan
itu dengan memperjuangkan diterimanya Cina, yang waktu itu diisolasi
Barat.
“Kita menghendaki PBB yang kuat dan
universal, serta dapat bertugas sesuai dengan fungsinya. Oleh sebab
itulah, kami konsisten mendukung Cina,” kata Bung Karno. Wawasan
berpikir Bung Karno waktu itu ternyata benar. Cina bukan cuma lalu
diterima sebagai anggota, namun juga menjadi salah satu anggota tetap
DK-PBB. Puluhan tahun lalu, Bung Karno sudah memproyeksikan Cina sebagai
negara besar dan berpengaruh, yang harus dilibatkan dalam
persoalan-persoalan dunia. Dewasa ini, Cina sudah memainkan peranan
penting dalam mengoreksi perimbangan kekuatan regional dan
internasional, yang sudah terlalu lama dijenuhkan oleh penyakit yang
berjangkit Perang Dingin.
Kini hampir semua warga dunia sudah familiar dengan kata “globalisasi” atau saling keterkaitan (linkage) antar-bangsa, baik secara politis maupun ekonomis. Dan dalam pidato To Build the World Anew, Bung Karno sudah pernah mengucapkannya. “Adalah
jelas, semua masalah besar di dunia kita ini saling berkaitan.
Kolonialisme berkaitan dengan keamanan; keamanan juga berkaitan dengan
masalah perdamaian dan perlucutan senjata; sementara perlucutan senjata
berkaitan pula dengan kemajuan perdamaian di negara-negara belum
berkembang,” ujar Sang Putra Fajar.
Di mana pun di dunia, Bung Karno tak
pernah lupa membawakan suara Dunia Ketiga dan aspirasi nasionalisme
rakyatnya sendiri. Siapa pun yang tidak suka kepadanya pasti akan
mengakui sukses Bung Karno memelopori perjuangan Dunia Ketiga melalui
Konrefensi Asia-Afrika atau KTT Gerakan Nonblok. Inilah Soekarno yang
serius. Jika sedang santai dalam saat kunjungan ke luar negeri, Bung
Karno menjadi manusia biasa yang sangat menyukai seni. Kemana pun, yang
tidak boleh dilupakan dalam jadwal kunjungan adalah menonton opera,
melihat museum, atau mengunjungi seniman setempat. Hollywood pun
dikunjunginya, ketika Ronald Reagan dan Marilyn Monroe masih menjadi
bintang film berusia muda.
Ia pun tak segan memarahi seorang
jenderal besar jago perang, Dwight Eisenhower, yang waktu itu menjadi
Presiden AS dan sebagai tuan rumah yang terlambat keluar dari ruang
kerjanya di Gedung Putih dalam kunjungan tahun 1956. Sebaliknya, Bung
Karno rela memperpanjang selama sehari kunjungannya di Washington DC,
setelah mengenal akrab Presiden John F Kennedy. Waktu berkunjung ke AS,
banyak wartawan kawakan dari harian-harian besar di Amerika-mulai dari The New York Times, The Washington Post, LA Times, sampai Wall Street Journal-menulis
dan memuat pidato dan pernyataannya yang menggugah, foto-fotonya yang
segar, sampai soal-soal yang mendetail dari Bung Karno.
Kunjungan-kunjungannya ke luar negeri,
memang membuat Bung Karno menjadi tokoh Dunia Ketiga yang selalu menjadi
sorotan internasional. Sikapnya yang charming dan
kosmopolitan, kegemarannya terhadap kesenian dan kebudayaan,
pengetahuannya mengenai sejarah, bahasa tubuhnya yang menyenangkan,
mungkin menjadikan Bung Karno menjadi tamu agung terpenting di abad
ke-20, yang barangkali cuma bisa ditandingi oleh Fidel Castro atau JF
Kennedy.
PERUMUSAN politik luar negeri sebuah
negara yang baru merdeka setelah Perang Dunia Kedua, lebih banyak
dipengaruhi oleh kepala negara/pemerintahan. Mereka sangat
berkepentingan untuk menjaga negara mereka masing-masing agar tidak
terjerumus ke dalam persaingan ideologis dan militer Blok Barat melawan
Blok Timur. Lagi pula, netralitas politik luar negeri semacam ini waktu
itu berhasil menggugah semangat “senasib dan sepenanggungan” di
negara-negara baru Asia dan Afrika, untuk menantang bipolarisme
Barat-Timur melalui Konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955.
Di Indonesia, peranan Bung Karno dalam
menjalankan politik luar negeri yang bebas dan aktif, jelas sangat
dominan sejak ia mulai memerintah sampai akhirnya ia terisolasi menyusul
pecahnya peristiwa Gerakan 30 September tahun 1965. Ia bahkan menjadi
salah satu founding father pembentukan Gerakan Nonblok (GNB)
sebagai kelanjutan dari Konferensi Bandung. Penting untuk digarisbawahi
pula, Bung Karno pada awalnya menjadi satu-satunya pemimpin Dunia Ketiga
yang dengan sangat santun menjalin serta menjaga jarak hubungan yang
sama dan seimbang, dengan negara-negara Barat maupun Timur.
Hubungan Bung Karno dengan Washington
pada prinsipnya selalu akrab. Akan tetapi, Bung Karno merasa dikhianati
dan mulai bersikap anti-Amerika ketika pemerintahan hawkish
Presiden Dwight Eisenhower mulai menjadikan Indonesia sebagai tembok
untuk membendung komunisme Cina dan Uni Soviet pada paruh kedua
dasawarsa 1950. Sewaktu Moskwa dan Beijing terlibat permusuhan ideologis
yang sengit, Bung Karno juga relatif mampu menjaga kebijakan berjarak
sama dan seimbang (equidistance) terhadap Cina dan Uni Soviet.
Lagi pula, Bung Karno dengan sangat
pandai menjalankan politik luar negeri yang bebas dan aktif. Bobot
Indonesia sebagai negara yang besar dan strategis, peranan penting
Indonesia dalam menggagas GNB, dan posisi “soko guru” sebagai negara
yang baru merdeka, benar-benar dimanfaatkannya sebagai posisi tawar yang
cukup tinggi dalam diplomasi internasional. Oleh sebab itulah,
pelaksanaan politik luar negeri yang high profile ala Bung Karno, tidak pelak lagi, membuat suara Indonesia terdengar sampai ke ujung dunia.
Mengapa ia akhirnya kecewa kepada
Washington sehingga hubungan bilateral AS-Indonesia semakin hari semakin
memburuk? Sebab Bung Karno tahu persis sepak terjang AS-juga Inggris,
Australia dan Malaysia-ketika membantu pemberontakan PRRI-Permesta.
Lebih dari itu, setelah kegagalan pemberontakan itu, Pemerintah AS
memasukkan Bung Karno dalam daftar pemimpin yang harus segera
dilenyapkan karena menjadi penghalang containment policy Barat
terhadap Cina. Juga ada beberapa alasan domestik yang membuat Washington
kesal terhadap Bung Karno, seperti sikapnya kepada Partai Komunis
Indonesia (PKI).
Pada lima tahun pertama dekade 1960,
hubungan Indonesia dengan Cina meningkat pesat. Mao Zedong sangat
menghormati Bung Karno yang memberikan tempat khusus kepada komunis, dan
sebaliknya Bung Karno mengagumi perjuangan Mao melawan dominasi AS dan
Rusia di panggung internasional. Istimewanya hubungan Bung Karno dengan
Mao ini tercermin dari gagasan pembentukan Poros Jakarta-Beijing. Bahkan
kala itu poros ini sempat akan diluaskan dengan mengajak pemimpin Korut
Kim Il-sung, pemimpin Vietnam Utara Ho Chi Minh, dan pemimpin Kamboja
Norodom Sihanouk.
Tatkala memutuskan untuk keluar dari PBB, Bung Karno mencanangkan pembentukan New Emerging Forces
sebagai reaksi terhadap Nekolim (Neo Kolonialisme dan Imperialisme). Ia
juga bercita-cita membentuk sendiri forum konferensi negara-negara baru
itu di Jakarta, sebagai reaksi terhadap dominasi PBB yang dinilainya
terlalu condong ke Barat. Sungguh patut disayangkan, wadah kerja sama
Dunia Ketiga ini hanya sempat bergulir sampai pesta olahraga Ganefo
belaka.
***
SEPERTI telah disinggung di atas,
dominasi Bung Karno dalam perumusan politik luar negeri yang bebas dan
aktif, sangat dominan. Persepsi, sikap, dan keputusan Bung Karno dalam
mengendalikan diplomasi Indonesia, bersumber pada
pengalaman-pengalamannya dalam kancah perjuangan dan pembentukan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Mungkin karena terlalu banyak krisis yang
dihadapi Bung Karno selama ia memimpin, membuat pelaksanaan politik luar
negerinya menjadi high profile dan agak bergejolak.
Akan tetapi, gejolak-gejolak tersebut,
juga sikap Bung Karno menghadapi politik Perang Dingin, tidak dapat
dikatakan sebagai sebuah kelemahan ataupun penyimpangan dari politik
luar negeri yang bebas aktif. Justru yang terjadi, Bung Karno senantiasa
mencoba menghadirkan gagasan-gagasannya tentang dunia yang damai dan
adil, dengan mengedepankan posisi Indonesia sebagai kekuatan menengah
yang menyuarakan nasib Asia dan Afrika.
Penting pula untuk ditegaskan, perilaku
internasional Bung Karno pada kenyataannya memang berhasil mengangkat
derajat masyarakat-masyarakat Dunia Ketiga dalam menghadapi kemapanan
politik Perang Dingin. Malahan jika menghitung akibatnya, ada
kekhawatiran besar di negara-negara adidaya terhadap internasionalisasi sukarnoism yang akan membahayakan posisi mereka.
Jika berbicara mengenai sumber-sumber
yang mempengaruhi “politik global” Bung Karno, sesungguhnya mudah untuk
memahaminya. Ia lahir dari persatuan antara dua etnis, Bali dan Jawa
Timur. Ia menikahi pula gadis dari Pulau Sumatera. Ia beberapa kali
dipenjarakan penjajah Belanda di berbagai tempat di Nusantara,
membuatnya mengenal dari dekat kehidupan berbagai
etnis. Pendek kata, ia lebih “Indonesia” ketimbang menjadi seorang yang “Jawasentris.”
etnis. Pendek kata, ia lebih “Indonesia” ketimbang menjadi seorang yang “Jawasentris.”
Dalam pandangan Bung Karno, dunia
merupakan bentuk dari sebuah “Indonesia kecil” yang terdiri dari
berbagai suku bangsa. Dan ini betul. Bung Karno seakan-akan membawa misi
untuk membuat agar semua bangsa berdiri sama tinggi dan setara di dunia
ini, sama dengan upayanya berlelah-lelah mempersatukan semua suku
bangsa menjadi Indonesia. Meskipun Indonesia cuma menyandang kekuatan
menengah, Bung Karno sedikit banyak memiliki sebuah “visi dunia” seperti
para pemimpin negara adidaya, yang waktu itu merupakan sebuah utopia
belaka.
Pengalaman pahit menghadapi penjajah
Belanda serta Jepang, merupakan sumber utama bagi Bung Karno untuk
membawa Indonesia menjadi anti-Barat di kemudian hari. Kebijakan
anti-komunisme yang dijalankan Barat untuk membendung pengaruh Uni
Soviet, menurut Bung Karno merupakan sebuah pemasungan terhadap sebuah
penolakan terhadap hak kesetaraan semua bangsa di dunia untuk bersuara.
Persepsi Bung Karno mengenai perjuangan GNB pun serupa, yakni
memberdayakan Dunia Ketiga untuk mengikis ketimpangan antara
negara-negara kaya dengan yang miskin.
Pada hakikatnya, wawasan Bung Karno
tentang perlunya memperjuangkan ketidakadilan internasional itu, masih
relevan dengan situasi politik dan ekonomi global saat ini. Entah sudah
berapa banyak dibentuk fora-fora kerja sama politik dan ekonomi
internasional, yang masih gagal menutup kesenjangan antara yang kaya
dengan yang miskin, seperti Dialog Utara-Selatan, atau G-15. Sampai saat
ini pun, PBB masih belum melepaskan diri dari genggaman
kepentingan-kepentingan negara-negara Barat di Dewan Keamanan.
***
ANDAIKAN saja Bung Karno tidak tersingkir
dari kekuasaan, apa yang sesungguhnya telah ia lakukan dalam ruang
lingkup politik global? Mungkin saja, satu-satunya kegagalan-kalaupun
itu layak disebut sebagai kegagalan-adalah
ingin menantang atau mengubah (to challenge) tata dunia yang “stabil” pada masa itu.
ingin menantang atau mengubah (to challenge) tata dunia yang “stabil” pada masa itu.
Stabilitas, atau equilibrium
global pada saat itu, suka atau tidak, diatur oleh perimbangan kekuatan
antara Barat dengan Timur. Kedua blok yang berseteru meyakini bahwa
perdamaian abadi hanya bisa dicapai dengan sebuah lomba senjata yang
seimbang, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
Pengaturan perimbangan kekuatan itu
bersifat pasti, matematis, dan mengamankan dunia dari ancaman
instabilitas. Itulah jadinya pembentukan NATO dan Pakta Warsawa, serta
perjanjian hot line dan anti-tes senjata nuklir antara JF
Kennedy dengan Nikita Kruschev. Stabilitas global AS-Uni Soviet inilah
yang juga menjamin peredaan ketegangan dan tercegahnya perang antara
Eropa Barat dengan Eropa Timur, antara Korut dan Korsel di Semenanjung
Korea, antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan di daratan Asia
Tenggara, dan antara Kuba dengan AS.
Pada prinsipnya, akan selalu ada pemimpin
yang ingin mengubah stabilitas semu semacam ini. Upaya-upaya yang
membahayakan kemaslahatan perimbangan kekuatan tersebut, akan selalu
menimbulkan krisis politik atau krisis militer. Bagi para penjamin
stabilitas, seorang Bung Karno memang hanya merupakan sebuah ancaman
yang akan menimbulkan krisis politik, bukan krisis militer. Oleh sebab
itulah perlu ditekankan sekali lagi, pihak-pihak Barat-khususnya AS dan
Inggris-sudah sampai pada kesimpulan bahwa Bung Karno mesti dilenyapkan.
Sayang sekali, inisiatif-inisiatif
diplomasi Bung Karno terhenti di tengah jalan saat ia diisolasi dari
kekuasaannya. Betapapun, banyak doktrin dari politik luar negeri yang
dijalankannya, dilanjutkan oleh para penggantinya. Warisan Bung Karno
bukan hanya menjadi diorama yang bagus dilihat-lihat, tetapi juga masih
kontekstual untuk zaman-zaman selanjutnya.
Tidak pada tempatnya bagi kita untuk menyesali politik
luar negeri Bung Karno, seperti yang pernah dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru. Apakah kebijakan lebih buruk ketimbang politik luar negeri yang cuma mengemis-ngemis bantuan luar negeri? Apakah melepas Timor Timur juga merupakan kebijakan yang lebih baik? Apakah berwisata ke luar negeri tanpa tujuan, lalu mendengang-dengungkan poros Cina-Indonesia-India juga lebih hebat dari politik global Bung Karno?
luar negeri Bung Karno, seperti yang pernah dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru. Apakah kebijakan lebih buruk ketimbang politik luar negeri yang cuma mengemis-ngemis bantuan luar negeri? Apakah melepas Timor Timur juga merupakan kebijakan yang lebih baik? Apakah berwisata ke luar negeri tanpa tujuan, lalu mendengang-dengungkan poros Cina-Indonesia-India juga lebih hebat dari politik global Bung Karno?
Sesuai dengan julukan Sang Putra Fajar,
Bung Karno membuka matanya melihat terang benderang dunia saat fajar
menyising, tatkala sebagian dari kita masih terlelap menutup mata. Dunia
versi Bung Karno adalah dunia yang mutlak harus berubah menjadi tempat
yang lebih adil dan setara bagi semua. Kita pernah beruntung memiliki
seorang duta bangsa, yang sekaligus juga seorang diplomat terulung yang
pernah dimiliki Indonesia.
Sebagai penerus sejarah bangsa ini, kita
hanya mampu bertanya “Apakah masih mungkin akan terlahir kembali sosok
pemimpin yang setara Bung Karno.” Jawabnya ada dibalik sejarah yang akan
kita jelang.
Soekarno Dimata Dunia Dan Kekuatan Militer Dimasa Kepemimpinanya Menjadikan Indonesia Macan Asia
Keberanian Presiden Soekarno Di Mata Dunia
Siapa yang kenal dengan pahlawan kita sekaligus presiden pertama yang menjadi presiden di indonesia ini sudah terkenal sampai ke luar negeri sampai sampai pemimpin amerika dahulu pun sampai hormat ke soekarno. Soekarno lahir di Surabaya pada tanggal 6 juni 1901.
Suatu hal yang lumrah apabila kita melihat seseorang berkorban demi apa yang dicintainya, demikian juga Bung Karno. Demi Indonesia Bung Karno mengabaikan penyakit yang menggerogoti dirinya. Bung Karno selalu tampil prima dihadapan publik, walau pada hakekatnya dia dalam keadaan lemah. Hal tersebut dilakukan demi menjaga rasa percaya diri seluruh rakyat Indonesia.
Berulang-kali dokter pribadinya memberi nasihat kepada Bung Karno. Ini terkait dengan sakit ginjalnya, yakin makin para di akhir tahun 60-an. “Kalau Bapak bisa tenang sedikit, dan tidak berteriak-teriak, niscaya Bapak tidak akan mendapat ulcers.” Yang dimaksud dokter adalah peradangan pada lambung akibat sakit ginjalnya itu. Baru saja dokter berhenti memberikan nasihatnya, Bung Karno meradang dan berteriak, “Bagaimana aku bisa tenang kalau setiap lima menit menerima kabar buruk?”
Berteriak adalah “hobi” Sukarno. Ia berteriak untuk memberi semangat rakyatnya. Ia berteriak juga untuk mengganyang musuh-musuh negara. Jika konteksnya adalah membakar semangat rakyat, maka Bung Karno adalah seorang orator ulung. Bahkan paling unggul pada zamannya. Sebaliknya, jika ia berteriak karena terinjak dan teraniaya harga dirinya sebagai presiden dan kepala negara, maka Sukarno adalah presiden paling berani yang pernah hidup di atas bumi ini.
“Inggris kita linggis! Amerika kita setrika!”, atau “Go to hell with your aid” yang ditujukan kepada Amerika.
“Malaysia kita ganyang. Hajar cecunguk Malayan itu! Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu”, yang ini saat Indonesia berkonfrontasi dengan di negara boneka bernama Malaysia.

Bukan hanya itu. Organisasi dunia yang bernama Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pun pernah dilawan. Tanggal 20 Januari 1965, Bung Karno menarik Indonesia dari keanggotaan PBB. Ini karena ketidak-becusan PBB dalam menangani persoalan anggota-anggotanya, termasuk dalam kaitan konflik Indonesia – Malaysia. Ada enam alasan yang tak bisa dibantah siapa pun, termasuk Sekjen PBB sendiri, yang menjadi dasar Indonesia menarik diri dari keanggotaan PBB.
Pertama, soal kedudukan PBB di Amerika Serikat. Bung Karno mengkritik, dalam suasana perang dingin Amerika Serikat dan Uni Sovyet lengkap dengan perang urat syaraf yang terjadi, maka tidak sepatutnya markas PBB justru berada di salah satu negara pelaku perang dingin tersebut. Bung Karno mengusulkan agar PBB bermarkas di Jenewa, atau di Asia, Afrika, atau daerah netral lain di luar blok Amerika dan Sovyet.
Kedua, PBB yang lahir pasca perang dunia kedua, dimaksudkan untuk bisa menyelesaikan pertikaian antarnegara secara cepat dan menentukan. Akan tetapi yang terjadi justru PBB selalu tegang dan lamban dalam menyikapi konflik antar negara. Indonesia mengalami dua kali, yakni saat pembebasan Irian Barat, dan Malaysia. Dalam kedua perkara itu, PBB tidak membawa penyelesaian, kecuali hanya menjadi medan perdebatan.
Selain itu, pasca perang dunia II, banyak negara baru, yang baru saja terbebas dari penderitaan penjajahan, tetapi faktanya dalam piagam-piagam yang dilahirkan maupun dalam preambule-nya, tidak pernah menyebut perkataan kolonialisme. Singkatnya, PBB tidak menempatkan negara-negara yang baru merdeka secara proporsional.
Ketiga, Organisasi dan keanggotaan Dewan Keamanan mencerminkan peta ekonomi, militer dan kekuatan tahun 1945, tidak mencerminkan bangkitnya negara-negara sosialis serta munculnya perkembangan cepat kemerdekaan negara-negara di Asia dan Afrika. Mereka tidak diakomodir karena hak veto hanya milik Amerika, Inggris, Rusia, Perancis, dan Taiwan. Kondisi yang tidak aktual lagi, tetapi tidak ada satu orang pun yang berusaha bergerak mengubahnya.
Keempat, soal sekretariat yang selalu dipegang kepala staf berkebangsaan Amerika. Tidak heran jika hasil kebijakannya banyak mengakomodasi kepentingan Barat, setidaknya menggunakan sistem Barat. Bung Karno tidak dapat menunjung tinggi sistem itu dengan dasar, “Imperialisme dan kolonialisme adalah anak kandung dari sistem Negara Barat. Seperti halnya mayoritas anggota PBB, aku benci imperialisme dan aku jijik pada kolonialisme.”
Kelima, Bung Karno menganggap PBB keblinger dengan menolak perwakilan Cina, sementara di Dewan Keamanan duduk Taiwan yang tidak diakui oleh Indonesia. Di mata Bung Karno, “Dengan mengesampingkan bangsa yang besar, bangsa yang agung dan kuat dalam arti jumlah penduduk, kebudayaan, kemampuan, peninggalan kebudayaan kuno, suatu bangsa yang penuh kekuatan dan daya-ekonomi, dengan mengesampingkan bangsa itu, maka PBB sangat melemahkan kekuatan dan kemampuannya untuk berunding justru karena ia menolak keanggotaan bangsa yang terbesar di dunia.”
Keenam, tidak adanya pembagian yang adil di antara personal PBB dalam lembaga-lembaganya. Bekas ketua UNICEF adalah seorang Amerika. Ketua Dana Khusus adalah Amerika. Badan Bantuan Teknik PBB diketuai orang Inggris. Bahkan dalam persengketaan Asia seperti halnya pembentukan Malaysia, maka plebisit yang gagal yang diselenggarakan PBB, diketuai orang Amerika bernama Michelmore.
Bagi sebagian kepala negara, sikap keluar dari PBB dianggap sikap nekad. Bung Karno tidak hanya kelua dari PBB. Lebih dari itu, ia membentuk Konferensi Kekuatan Baru (Conference of New Emerging Forces/ Conefo) sebagai alternatif persatuan bangsa-bangsa selain PBB. Konferensi ini sedianya digelar akhir tahun 1966. Langkah tegas dan berani Sukarno langsung mendapat dukungan banyak negara, khususnya di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Bahkan sebagian Eropa juga mendukung.
Sebagai tandingan Olimpiade, Bung Karno bahkan menyelenggarakan Ganefo (Games of the New Emerging Forces) yang diselenggarakan di Senayan, Jakarta pada 10 – 22 November 1963. Pesta olahraga ini diikuti oleh 2.250 atlet dari 48 negara di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Selatan, serta diliput sekitar 500 wartawan asing.:
Bung Karno dengan Conefo dan Ganefo, sudah menunjukkan kepada dunia, bahwa organisasi bangsa-bangsa tidak mesti harus satu, dan hanya PBB.
Bung Karno sudah mengeluarkan terobosan itu. Sayang, konspirasi internasional (Barat) yang didukung segelintir pengkhianat dalam negeri (seperti Angkatan ’66, sejumlah perwira TNI-AD, serta segelintir cendekiawan pro Barat, dan beberapa orang keblinger), berhasil merekayasa tumbangnya Bung Karno. Wallahu a’lam.Hebatnya Presiden Ir. Soekarno Dimata Dunia
Gambar Perangko Negara tetangga yang ada gambar Soekarno:
Di Negara Adidaya:
Keberanian Presiden Soekarno Di Mata Dunia
Siapa yang kenal dengan pahlawan kita sekaligus presiden pertama yang menjadi presiden di indonesia ini sudah terkenal sampai ke luar negeri sampai sampai pemimpin amerika dahulu pun sampai hormat ke soekarno. Soekarno lahir di Surabaya pada tanggal 6 juni 1901.
Suatu hal yang lumrah apabila kita melihat seseorang berkorban demi apa yang dicintainya, demikian juga Bung Karno. Demi Indonesia Bung Karno mengabaikan penyakit yang menggerogoti dirinya. Bung Karno selalu tampil prima dihadapan publik, walau pada hakekatnya dia dalam keadaan lemah. Hal tersebut dilakukan demi menjaga rasa percaya diri seluruh rakyat Indonesia.
Berulang-kali dokter pribadinya memberi nasihat kepada Bung Karno. Ini terkait dengan sakit ginjalnya, yakin makin para di akhir tahun 60-an. “Kalau Bapak bisa tenang sedikit, dan tidak berteriak-teriak, niscaya Bapak tidak akan mendapat ulcers.” Yang dimaksud dokter adalah peradangan pada lambung akibat sakit ginjalnya itu. Baru saja dokter berhenti memberikan nasihatnya, Bung Karno meradang dan berteriak, “Bagaimana aku bisa tenang kalau setiap lima menit menerima kabar buruk?”
Berteriak adalah “hobi” Sukarno. Ia berteriak untuk memberi semangat rakyatnya. Ia berteriak juga untuk mengganyang musuh-musuh negara. Jika konteksnya adalah membakar semangat rakyat, maka Bung Karno adalah seorang orator ulung. Bahkan paling unggul pada zamannya. Sebaliknya, jika ia berteriak karena terinjak dan teraniaya harga dirinya sebagai presiden dan kepala negara, maka Sukarno adalah presiden paling berani yang pernah hidup di atas bumi ini.
“Inggris kita linggis! Amerika kita setrika!”, atau “Go to hell with your aid” yang ditujukan kepada Amerika.
“Malaysia kita ganyang. Hajar cecunguk Malayan itu! Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu”, yang ini saat Indonesia berkonfrontasi dengan di negara boneka bernama Malaysia.

Bukan hanya itu. Organisasi dunia yang bernama Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pun pernah dilawan. Tanggal 20 Januari 1965, Bung Karno menarik Indonesia dari keanggotaan PBB. Ini karena ketidak-becusan PBB dalam menangani persoalan anggota-anggotanya, termasuk dalam kaitan konflik Indonesia – Malaysia. Ada enam alasan yang tak bisa dibantah siapa pun, termasuk Sekjen PBB sendiri, yang menjadi dasar Indonesia menarik diri dari keanggotaan PBB.
Pertama, soal kedudukan PBB di Amerika Serikat. Bung Karno mengkritik, dalam suasana perang dingin Amerika Serikat dan Uni Sovyet lengkap dengan perang urat syaraf yang terjadi, maka tidak sepatutnya markas PBB justru berada di salah satu negara pelaku perang dingin tersebut. Bung Karno mengusulkan agar PBB bermarkas di Jenewa, atau di Asia, Afrika, atau daerah netral lain di luar blok Amerika dan Sovyet.
Kedua, PBB yang lahir pasca perang dunia kedua, dimaksudkan untuk bisa menyelesaikan pertikaian antarnegara secara cepat dan menentukan. Akan tetapi yang terjadi justru PBB selalu tegang dan lamban dalam menyikapi konflik antar negara. Indonesia mengalami dua kali, yakni saat pembebasan Irian Barat, dan Malaysia. Dalam kedua perkara itu, PBB tidak membawa penyelesaian, kecuali hanya menjadi medan perdebatan.
Selain itu, pasca perang dunia II, banyak negara baru, yang baru saja terbebas dari penderitaan penjajahan, tetapi faktanya dalam piagam-piagam yang dilahirkan maupun dalam preambule-nya, tidak pernah menyebut perkataan kolonialisme. Singkatnya, PBB tidak menempatkan negara-negara yang baru merdeka secara proporsional.
Ketiga, Organisasi dan keanggotaan Dewan Keamanan mencerminkan peta ekonomi, militer dan kekuatan tahun 1945, tidak mencerminkan bangkitnya negara-negara sosialis serta munculnya perkembangan cepat kemerdekaan negara-negara di Asia dan Afrika. Mereka tidak diakomodir karena hak veto hanya milik Amerika, Inggris, Rusia, Perancis, dan Taiwan. Kondisi yang tidak aktual lagi, tetapi tidak ada satu orang pun yang berusaha bergerak mengubahnya.
Keempat, soal sekretariat yang selalu dipegang kepala staf berkebangsaan Amerika. Tidak heran jika hasil kebijakannya banyak mengakomodasi kepentingan Barat, setidaknya menggunakan sistem Barat. Bung Karno tidak dapat menunjung tinggi sistem itu dengan dasar, “Imperialisme dan kolonialisme adalah anak kandung dari sistem Negara Barat. Seperti halnya mayoritas anggota PBB, aku benci imperialisme dan aku jijik pada kolonialisme.”
Kelima, Bung Karno menganggap PBB keblinger dengan menolak perwakilan Cina, sementara di Dewan Keamanan duduk Taiwan yang tidak diakui oleh Indonesia. Di mata Bung Karno, “Dengan mengesampingkan bangsa yang besar, bangsa yang agung dan kuat dalam arti jumlah penduduk, kebudayaan, kemampuan, peninggalan kebudayaan kuno, suatu bangsa yang penuh kekuatan dan daya-ekonomi, dengan mengesampingkan bangsa itu, maka PBB sangat melemahkan kekuatan dan kemampuannya untuk berunding justru karena ia menolak keanggotaan bangsa yang terbesar di dunia.”
Keenam, tidak adanya pembagian yang adil di antara personal PBB dalam lembaga-lembaganya. Bekas ketua UNICEF adalah seorang Amerika. Ketua Dana Khusus adalah Amerika. Badan Bantuan Teknik PBB diketuai orang Inggris. Bahkan dalam persengketaan Asia seperti halnya pembentukan Malaysia, maka plebisit yang gagal yang diselenggarakan PBB, diketuai orang Amerika bernama Michelmore.
Bagi sebagian kepala negara, sikap keluar dari PBB dianggap sikap nekad. Bung Karno tidak hanya kelua dari PBB. Lebih dari itu, ia membentuk Konferensi Kekuatan Baru (Conference of New Emerging Forces/ Conefo) sebagai alternatif persatuan bangsa-bangsa selain PBB. Konferensi ini sedianya digelar akhir tahun 1966. Langkah tegas dan berani Sukarno langsung mendapat dukungan banyak negara, khususnya di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Bahkan sebagian Eropa juga mendukung.
Sebagai tandingan Olimpiade, Bung Karno bahkan menyelenggarakan Ganefo (Games of the New Emerging Forces) yang diselenggarakan di Senayan, Jakarta pada 10 – 22 November 1963. Pesta olahraga ini diikuti oleh 2.250 atlet dari 48 negara di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Selatan, serta diliput sekitar 500 wartawan asing.:
Bung Karno dengan Conefo dan Ganefo, sudah menunjukkan kepada dunia, bahwa organisasi bangsa-bangsa tidak mesti harus satu, dan hanya PBB.
Bung Karno sudah mengeluarkan terobosan itu. Sayang, konspirasi internasional (Barat) yang didukung segelintir pengkhianat dalam negeri (seperti Angkatan ’66, sejumlah perwira TNI-AD, serta segelintir cendekiawan pro Barat, dan beberapa orang keblinger), berhasil merekayasa tumbangnya Bung Karno. Wallahu a’lam.Hebatnya Presiden Ir. Soekarno Dimata Dunia
Gambar Perangko Negara tetangga yang ada gambar Soekarno:

Di Negara Adidaya:
Presiden Sukarno di negara Adidaya |
Bersama Mantan negara penjajah

Presiden Sukarno menjadi tamu kehormatan Kaisar Jepang, Hirohito, dan pangeran Akihito. Bung Karno dijamu makan siang di istana kekaisaran Jepang di Tokyo (Foto: 3 Pebruari 1958).
Menjadi cover majalah TIMES tahun 1946
Go International
![]() |
Presiden Sukarno berdiri berdampingan dengan 4 pemimpin negara Non Blok setelah mereka selesai mengadakan pertemuan. Dari kiri kekanan : Pandit Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India), Kwame Nkrumah (Presiden Ghana), Gamal Abdul Nasser (Presiden Mesir), Bung Karno, dan Tito (Presiden Yugoslavia). Kelima pemimpin negara non blok ini mengadakan pertemuan yang menghasilkan seruan kepada Presiden AS, Eisenhower (Presiden AS) dan Perdana Menteri “Uni Soviet”/Rusia, Nikita Khruschev, agar mereka melakukan perundingan diplomasi kembali (Foto: 29 September 1960). |
![]() |
Presiden Sukarno bersama Perdana Menteri Perancis, Pompidou (Foto: 1965). |
![]() |
Presiden Sukarno sedang bercakap-cakap dengan Presiden Kuba, Osvaldo Dorticos Torrado (kiri), dan Perdana Menteri Kuba, Fidel Castro (kanan) di Havana, Kuba (Foto: 9 Mei 1960). |
![]() | |
Presiden Sukarno tiba di bandara Karachi, Pakistan. Didampingi oleh Presiden Pakistan, Iskander Ali Mirza, Bung Karno tampak sedang memberi hormat, diapit oleh bendera Indonesia dan bendera Pakistan (Foto: 25 Januari 1958). |
Sukarno - mewakili kebangkitan AFRO ASIA dan dunia sebeleh timur beliau berhadapan dengan imperialis barat berjaya menggeledek menggelorakan semangat rakyatnya sehingga mencetuskan kebangkitan dunia baru untuk rakyat terjajah mereka berani berkorban nyawa demi kemerdekaan daripada belenggu penjajahan! |
Ulasan daripada muduh politiknya persiden RICHARD NIXON :
“SOEKARNO
CONTOH PEMIMPIN DUNIA KETIGA YANG MEMUKAU PERHATIAN RAKYAT. BELIAU
PENUH KARISMATIK DI KALANGAN DUNIA KE 3. KEWIBAWAANNYA APABILA BERJAYA
MENGANJURKAN PERSIDANGAN BANDUNG PADA TAHUN 1955. PERSIDANGAN YANG
MEMBENTUK ORDER BARU DUNIA DI KALANGAN NEGARA-NEGARA BEKAS TANAH JAJAHAN
BARAT . BELIAU MENGENYANGKAN RAKYATNYA DENGAN UCAPAN-UCAPAN MULUK
TANPA AGENDA EKONOMI YANG KONKRIT”
|

Presiden Sukarno tiba di bandara Karachi, Pakistan. Didampingi oleh Presiden Pakistan, Iskander Ali Mirza, Bung Karno tampak sedang memberi hormat, diapit oleh bendera Indonesia dan bendera Pakistan (Foto: 25 Januari 1958).
Berikut ini beberapa tempat di dunia dengan nama Soekarno
1. Mesir, terdapat satu ruas jalan dengan nama Ahmed Soekarno

2. Maroko, Rabat, terdapat Jalan Rue Soekarno
3. Pakistan, terdapat Jalan Soekarno
4. Pakistan, terdapat Soekarno Square di Peshawar dan Soekarno Bazar di Lahore.

5. Rusia, Masjid Biru Soekarno di St. Petersburgh

6. Arab Saudi, terdapat pohon mimba, yang dijuluki Syajarah Sukarno atau Pohon Sukarno

BERUPA PERANGKO
1. Filipina, Perangko Soekarno

2. Kuba, Perangko Soekarno

BERUPA PATUNG
Thailand, Patung Lilin Soekarno

DI ERA SOEKARNO INDONESIA PERNAH DITAKUTI DUNIA
1960-an, Era Presiden Sukarno.
kekuatan militer Indonesia adalah salahsatu yang terbesar dan terkuat di dunia . Saat itu, bahkan kekuatan Belanda sudah tidak sebanding dengan Indonesia, dan Amerika sangat khawatir dengan perkembangan kekuatan militer kita yang didukung besar-besaran oleh teknologi terbaru Uni Sovyet.
1960, Belanda masih bercokol di Papua. Melihat kekuatan Republik Indonesia yang makin hebat, Belanda yang didukung Barat merancang muslihat untuk membentuk negara boneka yang seakan-akan merdeka, tapi masih dibawah kendali Belanda.
Presiden Sukarno segera mengambil tindakan ekstrim, tujuannya, merebut kembali Papua. Sukarno segera mengeluarkan maklumat "Trikora" di Yogyakarta, dan isinya adalah:
1. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan kolonial Belanda.
2. Kibarkan Sang Saka Merah Putih di seluruh Irian Barat
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum, mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air bangsa.
Berkat kedekatan Indonesia dengan Sovyet, maka Indonesia mendapatkan bantuan besar-besaran kekuatan armada laut dan udara militer termaju di dunia dengan nilai raksasa, US$ 2.5 milyar. Saat ini, kekuatan militer Indonesia menjadi yang terkuat di seluruh belahan bumi selatan.
Kekuatan utama Indonesia di saat Trikora itu adalah salahsatu kapal perang terbesar dan tercepat di dunia buatan Sovyet dari kelas Sverdlov, dengan 12 meriam raksasa kaliber 6 inchi. Ini adalah KRI Irian, dengan bobot raksasa 16.640 ton dengan awak sebesar 1270 orang termasuk 60 perwira. Sovyet, tidak pernah sekalipun memberikan kapal sekuat ini pada bangsa lain manapun, kecuali Indonesia. (kapal-kapal terbaru Indonesia sekarang dari kelas Sigma hanya berbobot 1600 ton)




2. 30 pesawat MiG-15
.

3. 49 pesawat tempur high-subsonic MiG-17.



4. 10 pesawat supersonic MiG-19



Sebagai catatan, kedahsyatan pesawat-pesawat MiG-21 dan MiG-17 di Perang Vietnam sampai mendorong Amerika mendirikan United States Navy Strike Fighter Tactics Instructor, pusat latihan pilot-pilot terbaik yang dikenal dengan nama TOP GUN.
Indonesia juga memiliki armada 26 pembom jarak jauh strategis Tu-16 Tupolev (Badger A dan B). Ini membuat Indonesia menjadi salahsatu dari hanya 4 bangsa di dunia yang mempunyai pembom strategis, yaitu Amerika, Rusia, dan Inggris. Pangkalannya terletak di Lapangan Udara Iswahyudi, Surabaya.



Bahkan China dan Australia pun belum memiliki pesawat pembom strategis seperti ini. Pembom ini juga dilengkapi berbagai peralatan elektronik canggih dan rudal khusus anti kapal perang AS-1 Kennel, yang daya ledaknya bisa dengan mudah menenggelamkan kapal-kapal tempur Barat.
Indonesia juga memiliki 12 kapal selam kelas Whiskey,

Ini semua membuat Indonesia menjadi salasahtu kekuatan militer laut dan udara terkuat di dunia. Begitu hebat efeknya, sehingga Amerika di bawah pimpinan John F. Kennedy memaksa Belanda untuk segera keluar dari Papua, dan menyatakan dalam forum PBB bahwa peralihan kekuasaan di Papua, dari Belanda ke Indonesia adalah sesuatu yang bisa diterima.
VIDEO KEKUATAN MILITER ERA SOEKARNO
BISA ANDA CHECK DI YOUTUBE PADA TEKS DI BAWAH INI :
INDONESIA ERA SOEKARNO
OPERASI TRIKORA VS BELANDA
PRESIDEN TERBAIK INDONESIA
KATA ORANG RUSIA TENTANG SOEKARNO
DI MATA DUNIA
PIDATO TERHEBAT
DAN SEMUA TENTANG KOPASSUS ADA DISINI
HYMNE
5 AKSI DUNIA
VIDEO LATIHAN
PASUKAN ELIT TERBAIK 3 DUNIA
MISSION IMPOSSIBLE
Di awal tahun 1996, sekelompok peneliti Lorentz dari berbagai negara menjadi korban penyanderaan Organisasi Papua Merdeka atau OPM di Mapenduma, Papua. Drama penyanderaan Tim Ekspedisi Lorentz yang berlangsung selama 4 bulan itu berakhir setelah pasukan Kopassus dan Kostrad 330 melakukan operasi khusus, dan berhasil menyelamatkan para sandera pada bulan Mei tahun 1996.
SERTA TAMBAHAN :
SENJATA BUATAN SENDIRI
KAPAL CEPAT SILUMAN
KARYA ANAK NEGRI
PESAWAT TANPA AWAK BUATAN INDONESIA
SENJATA
JET TEMPUR BUATAN INDONESIA
Sukhoi TNI AU Indonesia pecundangi F-18 Australia
SAS trains Kopassus troops
Kehebatan Pasukan TNI AL vs U.S. Navy, Patut di Banggakan
Speech Prabowo yang Ditakuti Amerika 2014
KOPASSUS Pasukan Elit Terbaik Ke 3 Di Dunia
Top 10 Indonesian special forces 2014 (10 Pasukan Elit Indonesia 2014)
TKS
JAYA INDONESIA KU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar