Thursday, 03 March 2011 04:31 Wayang-Indonesia
Oleh: Ki Sadarudin
(Pepadi) Komda Prop. Nusa Tenggara Barat
Sekretariat : Jnl. Swadaya VIII/3 Kekalik, Ampenan Kota Mataram
Nusa Tenggara Barat
Pendahuluan
Indonesia yang terdiri dari 13.700 pulau
dan kepulauan dihuni oleh suku bangsa yang berbeda-beda, memiliki unsur
kebudayaan yang berbeda pula. Pulau Lombok dengan penduduk asli suku
Sasak yang sebagian besar beragama Islam terdapat seni pertunjukan
tradisional wayang kulit sasak yang sudah dikenal sejak masa lampau
hingga saat ini masih berkembang dan sangat digemari oleh masyarakat
sasak.
Adapun beberapa petunjuk yang dapat membawa kita kepada kesimpulan bahwa kesenian wayang kulit sasak itu berasal dari:
1. Cerita (istilah sasak: kelampan) wayang kulit sasak sama dengan wayang golek di Jawa yaitu bersumber dari cerita Menak.
2. Dari sejarah pewayangan dikenal bahwa
Sunan Giri dan Pangeran Trenggono (Sultan Kudus) di Jawa pada tahun 1477
dikenal sebagai pembantu wayang kulit atau wayang gedok.
3. Selanjutnya Sunan Prapen putra dari
Sunan Giri, banyak memanfaatkan wayang kulit sebagai media penyebaran
agama Islam di Lombok pada abad ke 16.
4. Hal ini juga memperkuat kesimpulan
tersebut adalah adanya kesamaan nama-nama peralatan dan instrumen antara
wayang Jawa dan wayang Sasak seperti kelir, kotak dan belencong.
Pertunjukan wayang kulit sampai saat ini
merupakan pertunjukan tradisional yang masih digemari terutama oleh suku
sasak karena fungsinya bukan saja hiburan akan tetapi karena didalam
pementasan wayang itu juga diperoleh manfaat yang sangat berharga bagi
penggemarnya. Gambaran-gambaran tentang kebaikan dan kejahatan itulah
yang dinyatakan dalam pertunjukan wayang yang dibawakan oleh seorang
dalang sebagai juju penerang dalam pementasan wayang sesuai dengan
urutan lakon yang telah dipersiapkan.
Secara garis besar, didalam pertunjukan
wayang dikenal adanya dua jenis pemeran yaitu tokoh baik dan tokoh
jahat. Tokoh baik dapat juga disebut wayang kanan, dan tokoh jahat dapat
juga disebut wayang kiri. Tokoh baik berada dibagian kanan dalang dan
tokoh jahat berada dibagian kiri dalang.
Beberapa tokoh wayang kanan misalnya
Jayeng Rana, Umar maya, Maktal, Taptanus Saptanus, Umarmadi, dan Alam
daur (Selandir). Dari tokoh kanan seperti Jayengrana ditunjukkan
sifat-sifat keutamaan, keteladanan bagi manusia-manusia.
Karena itulah Jayengrana memiliki banyak nama lain seperti:
- Wong Menak yang berarti orang yang berpola hidup menyenangkan.
- Jayeng Laga berarti kuat di medan perang.
- Jayeng Tinon berarti berwawasan dan berpandangan luas.
- Jayeng Palugon berarti orang yang kuat memakai senjata berat.
- Jayeng Murti berarti orang yang sakti tak terkalahkan.
Keutamaan keutamaan lain yang dimilikinya
adalah jujur, adil, bijaksana, kesatria, dan lain-lain. Sedangkan
tokoh-tokoh jahat seperti Baktak, Nusirwan, adalah tokoh-tokoh jahat
yang sangat licik dan culas serta pengadu domba yang dapat membawa
malapetaka.
I. Asal Usul dan Sumber Cerita Wayang Sasak
Wayang Sasak adalah pemberian nama
terhadap wayang kulit yang berkembang di Lombok, mungkin bersamaan
datangnya dengan penyebaran agama Islam di Lombok.
Menurut ceritanya bersamaan pula dengan
wayang golek di Jawa yang berkembang di Kudus pada abad ke 16 dengan
mengambil cerita Wong Menak, sehingga wayang yang berkembang di Lombok
disebut wayang Sasak/Menak.
Agama Islam masuk ke pulau Lombok pada abad ke 16 yang dibawa oleh Sunan Prapen putra dari Sunan Giri.
Sedangkan Sunan Giri juga dikenal sebagai
penggubah wayang gedog dan konon juga beliau bersama Pengeran Trenggono
(Sunan Kudus) menciptakan wayang "Kidang kencana" pada tahun 1477
sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa Sunan Prapen membawa wayang ke
Lombok.
Disamping itu konon wayang di Lombok diciptakan pula oleh Pangeran Sangupati yaitu seorang Muballig Islam di Lombok.
Hanya saja data yang pasti tentang asal
usul dan pencipta wayang di Lombok belum ada. Apabila kita bertanya,
sejak kapan sebenarnya mulai berkembang wayang di pulau Lombok serta
siapa pelopor pertama kali? Adalah sangat sukar untuk mendapatkan
jawaban yang pasti. Yang jelas keberadaan wayang di Lombok mempunyai
peranan yang sangat penting bagi pengembangan masyarakat Lombok.
Cerita wayang di Lombok pada dasarnya
mengambil cerita Menak yang sumber ceritanya dari Cerita Amir Hamzah
yaitu paman Nabi Muhammad SAW. Versi lain mengatakan bahwa mungkin juga
ceritanya berasal dari persi (Iran) yang masuk ke Indonesia melalui
tanah Melayu, dari sana masuk ke Jawa dan tersebar ke Lombok.
Cerita-cerita pewayangan di Lombok di
ambil dari serat Menak yang terdiri dari Tujuh jilid dan lontar-lontar
yang ditulis dari bahasa Jawa dengan huruf Jejawen (huruf sasak) yaitu
turunan dari Jawa. Cerita pewayangan Menak di Lombok ditulis sesuai
dengan kawiannya (fragmennya) sehingga kita menemukan sebagai judul
seperti:
1. Bang bari,
2. Gendit,
3. Birayung,
4. Ruham,
5. Bansinah,
6.Dan lain-lain.
Tetapi yang jelas dua (2) sumber tersebut
menceritakan tentang Amir Hamzah yaitu Pamannya Nabi Muhammad SAW,
putra ke dua belas (12) dari Abdul Mutta Lib.
Dalam cerita wayang Sasak Amir Hamzah mempunyai banyak nama lainnya (Jejuluk=Sasak) seperti:
- Wayang Menak = Orang yang menyenangkan Hati,
- Jayeng Rana = Kuat dimedan atau Arena,
- Jayeng Tinon = Berpandangan jauh ke depan,
- Jayeng palugon
- Jayeng palupi = Kuat memakai senjata berat, dan lain-lain.
Disamping nama lain (Jejuluk), Amir
Hamzah juga mempunyai gelar yang diberikan oleh pertapa sakti yang awas
yaitu Pandita Betal Jemur.
Adapun gelar-gelar tersebut Yaitu:
- Kelana Jaya Dimorti Pahlawan artinya menguasai jagat,
- Amiril Mukminin = yaitu pemimpin bagi orang mukmin.
- Khamidil Ngalam = yaitu gelar terakhir setelah kawin dengan putri Roman yang bernama Hisna Ningsih.
Sebagaimana halnya dengan cerita
pewayangan lainnya maka, didalam cerita ini digambarkan sifat-sifat yang
baik maupun yang buruk yang di gambarkan pada tokoh kanan dan kiri.
Tokoh kanan adalah:
- Wong Menak,
- Umar Maya,
- Maktal,
- Taptanus,
- Saptanus,
- Umar Madi,
- Dan Alam Daur (Selandir).
Tokoh kiri adalah
- Nursiwan,
- Baktak,
Didalam cerita pewayangan ini
menggambarkan tokoh-tokoh perjuangan pada zaman Nabi Muhamad SAW, yang
dipimpin oleh seorang paman Nabi yaitu Amir Hamzah digambarkan sebagai
seorang tokoh yang luar biasa yang memiliki senjata sifat: Pemberani,
Alim, Bijaksana, Jujur, Kesatria, dll.
Didalam cerita pewayangan ini selalu yang
akhirnya menang adalah kebenaran atau tokoh-tokoh kanan. Bagi
masyarakat Sasak cerita pewayangan ini sering dituturkan lewat cerita
dengan membaca naskahnya kemudian diterjemahkan dengan bahasa Sasak.
Namun siapapun penciptanya atau pembawa wayang ke Lombok tidak perlu
kita permasalahkan. Akan tetapi yang pasti keberadaan wayang di Lombok
mempunyai peranan yang sangat penting artinya pengembangan masyarakat,
walaupun wayang pernah juga mengalami pengunduran bahkan pula mendapat
tantangan dari para Ulama'. Hal ini disebabkan wayang sebagai tontonan
umum dan berkembang pula ke arah lain seperti: minuman keras dan
lain-lain yang bersifat amoral. Padahal wayang itu sendiri mengandung
nilai moral sangat tinggi.
II. Pakem atau Tatacara Pergelaran Wayang Sasak.
Secara umum semua kesenian tradisional yang ada dan berkembang di Lombok mempunyai tatacara tersendiri didalam pergelarannya.
- Gendang Beleq,
- Cupak Gurantang,
- Kelentang,
- Tawaq-tawaq,
- Wayang,
- Barong tengkok,
- Dan masih banyak lagi jenis Tradisional yang lainnya.
Semua jenis kesenian tersebut sebelum memulai pergelaran terlebih dahulu harus dilakukan "PEMERAS".
Adapun pemeras itu berupa:
1). Soksokan/Besek berisi:
- Sirih (leqoq),
- Buaq (buah pinang),
- Gambir (jambe)
- Kapur,
- Kulit jagung (rokoq),
- Dan tembakau hitam (mako bedeng)
Sama halnya dengan wayang, setelah selesai "Meras" maka sekehe mulai membunyikan alat musik yang disebut "Nabuh".
Alat musik wayang sasak sangatlah sederhana yang terdiri dari:
a. Gong,
b. Gendang lanang,
c. Gendang wadon,
d. Kajar,
e. Cenot,
f. Rincik, dan
g. Suling besar.
Jadi selehe wayang Sasak sebanyak 7 orang
ditambah dua (2) orang pembantu Dalang yang disebut pengabih (Pengawit)
satu dari dan satu dari kanan dalang.
2). Ceret (kocor) yang berisi air,
3). Telur Ayam,
4). Beras Pati,
5). Uang Kertas/Logam,
6). Ayam yang masih hidup satu ekor,
Gending Pembuka
Sebagai mana disebut di atas, setelah
selesai Meras, penabuh wayang mulai membunyikan alat musiknya "Nabuh"
sebagai gending pembuka yaitu "Rangsangan". Biasanya pada gending
pembuka ini sekehe membunyikan instrumen musik wayang tersebut dalam
keadaan gelap (tanpa lampu penerangan),
Setelah beberapa kali Nabuh, dalang lalu
menyalakan lampu belencong sebagai pertanda bahwa musikpun akan berubah
ke musik / gending "Selutur".
Gending Selutur.
Merupakan gending untuk mengiringi atau
memulai mengeluarkan wayang pertama Adapun wayang yang pertama kali
keluar yaitu Jayeng Rana, Munigarim dan Gunungan. Ketiganya keluar
secara bersamaan.
Gending Janggel
Merupakan gending untuk mengiringi
"Pengabut" atau Aksama. Setelah selesai pengabut barulah masuk ke
"Pengucul" yaitu dimana melalui gunungan menceritakan/memberitahu kepada
penonton tentang lakon/cerita yang akan dipergelarkan pada waktu itu,
dan selanjutnya masuk kepada cerita yang utuh.
Meskipun instrumen wayang kulit Sasak
lebih sederhana bila dibandingkan dengan intrumen wayang kulit Jawa
misalnya, namun gending gendingnya berpariasi misalnya:
1. Gending selutur yaitu gending untuk mengeluarkan wayang pertama.
2. Rangsang atau Rangsangan sebagai gending pembuka (setelah pemeras), juga geding ini untuk menandai perang atau huru hara.
3. Baten/Batel sebagai gending wayang berjalan.
4. Cirbon sebagai gending untuk mengiringi raksasa.
5. Balik Rondon sebagai gending untuk mengiringi raksasa.
6. Janggelan Prabu sebagai gending untuk mengiringi raja/prabu.
7. Janggelan Wadon untuk mengiringi perjalanan dalam keadaan sedih atau menangis.
8. Kaderan sebagai gending untuk mengiringi Umar Maya.
9. Selisir sebagai gending untuk mengiringi Nabi.
III. Minat dan Apresiasi Serta Kepercayaan Penonton
Sebagaimana disebut diatas, pergelaran
wayang sasak sampai saat ini masih sangat digemari oleh masyarakat suku
Sasak. Karena dalam pergelaran wayang tersebut, disamping sebagai
hiburan masyarakat juga dalam pergelaran wayang tersebut mempunyai makna
dan nilai-nilai ajaran kehidupan yang sangat tinggi.
Apresiasi masyarakat suku Sasak terhadap
wayang sampai saat ini masih tinggi. Hal ini terbukti bahwa pertunjukan
wayang kulit masih difungsikan dapan upacara seperti upacara potong
rambut, khitanan serta dalam acara perkawinan.
Adapun kepercayaan bahwa dari pertunjukan
wayang kulit dalam upacara potong rambut misalnya, anak laki-laki yang
diupacarakan itu akan mendapat berkah dari Allah SWT. Dan diharapkan
kelak memiliki keutamaan, keutamaan yaitu : gagah, pemberani, satria,
serta, luhur budinya seperti Jayeng Rana.
Dalam pertunjukan wayang yang dimaksudkan
untuk hiburan kerap kali tokoh-tokoh pemeran seperti Jayeng Rana dan
Alam Daur. Begitu kagumnya mereka terhadap dua tokoh ini, sehingga
menurut anggapan mereka kedua tokoh ini tidak boleh kalah atau mati
dalam peranannya.
Jika dalam satu episode salah satu
diantara keduanya terkalahkan, maka para penggemar yang mengaguminya itu
akan menjadi marah dan sebagai akibatnya, dalang diomeli habis habisan
dan terkadang dia akan merusak apa yang ada disekitarnya.
Selain itu ada juga kepercayaan bahwa
dalang akan terancam oleh makluk halus biasanya terjadi apabila dalang
melakoni "Cerita Lahad" (bahasa sasak=kelampan Lahad). Karena itu para
dalang yang percaya akan hal tersebut tidak berani melakoni cerita yang
disebut diatas.
IV. Kendala-kendala Dalam Mengembangkan Wayang Sasak dan Solusi Yang Diharapkan.
Perkembangan Wayang sasak selama ini jauh
tertinggal bila di bandingkan dengan kesenian tradisional lainnya.
Wayang sasak mengalami kesulitan untuk dapat berkembang dimasyarakat
sasak.
Adapun kendala-kendala yang di hadapi dan yang sangat kami rasakan antara lain:
1. Kurangnya perhatian Pemerintah tentang wayang sasak ini.
2. Kurangnya perhatian serta minat generasi muda untuk menggemari wayang sasak
Adapun solusi dan harapan-harapan kami agar sasak bisa berkembang di masyarakat sasak secara maksimal antara lain:
1. mengharapkan perhatian Pemerintah secara serius.
2. Mengharapkan pembinaan langsung secara berkala oleh PEPADI Pusat ke masing-masing Daerah.
Makna Simbolis
Sebagaimana yang dikemukakan di atas
bahwa penjelasan wayang kulit bagi masyarakat suku sasak, setulusnya
memiliki makna yang sangat berharga, makna-makna itu di sirat melalui
perang-perang yang di lakonkan.
Namun di balik yang nyata terdapat pula
makna-makna yang simbolis yang tersirat di balik yang tersurat. Kita
mengetahui bahwa pelaku utama dalam pertunjukan wayang beserta
intrumennya merupakan pelengkap.
Secara simbolis "Dalang" sebagai pelaku
utama dapat diartikan sebagai Tuhan Maha Pencipta (dalil kekuasaan
tuhan). Atas kehendak dan kekuasaannyalah dunia ini di ciptakan berserta
penghuninya, yakni Adam dan Hawa sebagai manusia pertama yang kemudian
beranak pinak yang kemudian menjadi banyak dengan Prilaku yang baik dan
yang buruk tercermin dalam kehidupan.
Oleh karena itu maka dalam pertunjukan
wayang kulit secara kronologi pertama-tama sehari sebelum mengeluarkan
judul cerita yang akan di perankan dalang memunculkan "gunungan" sebagai
simbol alam di sertai Jayeng Rana sebagai simbol adam dan Munigarim
sebagai simbol hawa.
Bersamaan dengan di munculkan gunungan
berserta dua wayang itulah di sampaikan judul cerita atau kisah yang
akan di pentaskan. Pada dasarnya karena prilaku persertanya sebagaimana
yang di kemukakan di atas, maka dalam pertunjukan wayang terdapat dua
peran utama yaitu peran jahat dan peran baik.
Wayang = bayangan, dari kata
Yung Yang = bayangan yang bergoyang
Kelir artinya supaya kita jangan keliru atau salah dalam melakoni hidup ini.
Wayang kanan sebagai tokoh baik terdiri dari tujuh.
1. Wong Menak (Jayeng Rana) makna yaitu
hati manusia. apa yang kita ucapkan atau kita lakukan selalu mulai dari
hati/kata hati, dan tentunya kata hati ini akan di imbang oleh Maktal
dan Umar Maya.
2. Maktal yaitu pikiran, yang akan menimbang benar atau salah suatu upacara atau perbuatan.
3. Umarmaya yaitu akal, yang akan menimbulkan baik buruknya suatu upacara atau perbuatan
Setelah ditimbang baik buruk, benar dan salah dari kata hati tersebut maka dilaksanakan oleh:
4. Taptanus yaitu perumpamaan kedua anggota tubuh yang selalu berpasangan
5. Saptanus.
6. Amar madi pelambang napsu
7. Alam daur yaitu perlambang kesehatan
Adapun wayang kiri sebagai tokoh jahat
1. Musirwan/Nursirwan
2. Patih Baktak
Kedua tokoh ini berusaha agar supaya sang
Jayengrana seluruh pengikutnya itu mati, dengan cara membujuk raja-raja
yang belum takluk oleh Jayengrana untuk berperang melawan Wong Menak
dengan imbalan akan memberikan putrinya yaitu Murigasin sebagai hadiah
apabila Jayeng Rana mati.
Di samping wayang-wayang sebagaimana disebut diatas ada juga wayang perempuan.
Wayang perempuan sebagai perlambang "ILMU"
1. Munigarim sebagai perlambang kesucian
2. Asmaya Wati sebagai perlambang keindahan hati/ lemah lembut
3. Sekar kedaton sebagai perlambang keindahan
4. Sudara Warti sebagai perlambang alqur'an dan hadis
5. Sirtu Pirlahili sebagai perlambang mengetahui Tuhan
6. Marpinjun artinya memimpin diri sendiri
7. Kisbandiah sebagai perlambang tarekat (memperhalus batin)
8. Kelaswara artinya perkataan yang lemah lembut
9. Hisna Ningsih artinya yang di ridoi Tuhan (Husnul Khotimah).
Wayang (Unsur-unsur pendukung nilai pedalangan)
Wayang :
a. Hiburan
b. Seni meliputi: Seni rupa, Seni pahat, Seni suara, Seni sastra, Seni karawirtan, Seni gerak
c. Pendidikan dan penerangan. Ilmu pengetahuan
e. Rohani dan simbolik
ngiring... semoga bermanfaat.. :)
BalasHapus