1. Detasemen Khusus 88
Detasemen Khusus 88 atau
Densus 88 adalah satuan khusus
Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk penanggulangan
teroris di
Indonesia. Pasukan khusus berompi merah ini dilatih khusus untuk menangani segala ancaman teror, termasuk teror
bom. Beberapa anggota juga merupakan anggota tim
Gegana.
Detasemen 88 dirancang sebagai unit
antiteroris yang
memiliki kemampuan mengatasi gangguan teroris mulai dari ancaman bom
hingga penyanderaan. Unit khusus berkekuatan diperkirakan 400 personel
ini terdiri dari ahli
investigasi, ahli bahan peledak (penjinak bom), dan unit pemukul yang di dalamnya terdapat ahli
penembak jitu.
Pembentukan
Detasemen 88 – Latihan Penyergapan
Satuan ini diresmikan oleh Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal
Firman Gani pada tanggal
26 Agustus 2004. Detasemen 88 yang awalnya beranggotakan 75 orang ini dipimpin oleh Ajun Komisaris Besar Polisi
Tito Karnavian yang pernah mendapat pelatihan di beberapa
negara.
Angka 88 berasal dari kata ATA (Anti Terror Act), sebuah undang-undang anti teror US, yang jika dilafalkan dalam
bahasa Inggris berbunyi
Ei Ti Ekt.
Pelafalan ini kedengaran seperti Eighty Eight (88). Jadi arti angka 88
bukan seperti yang selama ini beredar bahwa 88 adalah representasi dari
jumlah korban bom bali terbanyak (88 orang dari Australia), juga bukan
pula representasi dari
borgol.
Pasukan khusus ini dibiayai oleh pemerintah
Amerika Serikat melalui bagian Jasa Keamanan Diplomatik (
Diplomatic Security Service) Departemen Negara AS dan dilatih langsung oleh instruktur dari
CIA,
FBI, dan
U.S. Secret Service. Kebanyakan staf pengajarnya adalah bekas anggota
pasukan khusus AS. Pusat pelatihannya terletak di Megamendung, 50
kilometer selatan kota
Jakarta.
Persenjataan
Satuan pasukan khusus baru
Polri ini dilengkapi dengan persenjataan dan kendaraan tempur buatan Amerika Serikat, seperti
senapan serbu Colt M4, senapan penembak jitu
Armalite AR-10, dan
shotgun Remington 870. Bahkan dikabarkan satuan ini akan memiliki pesawat
C-130 Hercules sendiri
untuk meningkatkan mobilitasnya. Semua persenjataan yang diberikan,
termasuk materi latihan, diberitakan sama persis dengan apa yang
dimiliki oleh satuan khusus antiteroris AS.
Operasi yang diketahui
Detasemen 88 – Konvoi Tempur
Di dalam melaksanakan tugasnya, DENSUS 88 cukup banyak mengundang
kontraversi. adapun beberapa kontraversi yang marak adalah operasi di
Temanggung. Dimana untuk melumpuhkan seorang mantan tukang bunga/florist
diperlukan puluhan anggota bersenjata otomatis dan bahan peledak.

2. Komando Pasukan Katak
Komando Pasukan Katak atau lebih dikenal dengan sebutan Kopaska didirikan
31 Maret 1962 oleh Presiden
Sukarno untuk mendukung kampanye
militer di Irian Jaya.
Kopaska berkekuatan 300 orang. Satu grup di Armada Barat di
Jakarta,
dan satu grup di Armada Timur di Surabaya. Tugas utama mereka adalah
menyerbu kapal dan pangkalan musuh, menghancurkan instalasi bawah air,
penyiapan perebutan pantai dan operasi pendaratan kekuatan amfibi.
Sejarah
Komando Pasukan Katak disingkat
KOPASKA adalah
pasukan khusus dari
TNI Angkatan Laut. Semboyan dari korps ini adalah “
Tan Hana Wighna Tan Sirna” yang berarti “tak ada rintangan yang tak dapat diatasi”. Korps ini secara resmi didirikan pada
31 Maret 1962 oleh Presiden Indonesia waktu itu
Soekarno untuk membantunya dalam masalah
Irian Jaya. Pasukan khusus ini sebenarnya sudah ada sejak
1954.
Bapak dari Kopaska adalah Kapten Pelaut Iskak dari sekolah pasukan katak angkatan laut di pangkalan angkatan laut
Surabaya.
Tugas utama dari pasukan ini adalah peledakan/demolisi bawah air
termasuk sabotase/penyerangan rahasia kekapal lawan dan sabotase
pangkalan musuh, penghancuran instalasi bawah air, pengintaian,
mempersiapkan pantai pendaratan untuk operasi amfibi yang lebih besar
serta antiteror di laut/maritime counter terorism . Jika tidak sedang
ditugaskan dalam suatu operasi, tim tim Detasemen Paska dapat ditugaskan
menjadi pengawal pribadi VIP seperti Presiden dan Wakil Presiden
Indonesia.
Komando Pasukan Katak TNI-AL
Kopaska – Pengamanan Pantai
- Satuan Pasukan Katak Armada Barat (Satpaska Armabar)
- Detasemen 1 Sabotase/anti-Sabotase
- Detasemen 2 Operasi Khusus
- Detasemen 3 Combat SAR
- Detasemen 4 EOD dan mine clearence
- Detasemen 5 Underwater Demolition
- Detasemen 6 Special Boat Unit
- Satuan Pasukan Katak Armada Timur (Satpaska Armatim)
- Detasemen 1 Sabotase/anti-Sabotase
- Detasemen 2 Operasi Khusus
- Detasemen 3 Combat SAR
- Detasemen 4 EOD dan mine clearence
- Detasemen 5 Underwater Demolition
- Detasemen 6 Special Boat Unit
Tugas “Manusia Katak”
Kopaska Parade
- Tugas dalam Operasi Amphibi
- Beach Recconaisance
- Post Reconnaisance
- Beach Clearing
- SUROB (Surf Observation)
- Operasi Khusus
- Sabotase / Anti Sabotase
- Clandestein
- Combat SAR
- Mine Clearance Ops
- Send and Pick up agent
- Operasi Tambahan
- PAM VIP VVIP & Vital Obj
- Underwater Survey
- SAR
- Underwater Salvage
- Factual Information Gathering
Perekrutan
Kopaska – Penyusupan Air
- Anggota TNI AL (kecuali Korps Marinir)
- Berdinas minimum 2 thn di KRI/Kapal Perang RI
- Lulus Kesamaptaan/kemampuan jasmani
- Lulus Tes Ketahanan Air
- Lulus Psikotest khusus
- Lulus Kesehatan khusus bawah air
- Secara sadar mengikuti tes dan pendidikan tanpa paksaan siapapun
Lama pendidikan
10 bulan
Tempat pendidikan
Di Sekolah Pasukan Katak TNI AL (SEPASKAL) / Komando Pendidikan
Operasi Laut -KODIKOPSLA / Komando Pengembangan Pendidikan TNI
AL-KOBANGDIKAL) Ujung
Surabaya. Sebelumnya adalah di Sekolah Penyelaman TNI AL (SESELAM) PUSDIKOPSLA KODIKAL Surabaya)
Materi Pendidikan
- Akademis umum Angkatan Laut (Operasi laut, navigasi, mesin, elektronika, bangunan kapal,komunikasi dan lain lain)
- Kepaskaan (Doktrin Manusia Katak,Penyelaman dasar,penyelaman
tempur,renang tempur,kartografi,menembak berbagai jenis senjata,
mengemudi dan menangani kapal/perahu cepat dan lain lain)
- Dik Komando (Dasar komando, perang hutan, jungle survival/sea
survival SERE, dan lain lain, sebelum mempunyai dik sendiri siswa
kopaska ikut dengan pendidikan komando hutan Marinir)
- Terjun (Static dan AFF). Setelah melaksanakan terjun dasar mendarat
di darat selanjutnya adalah spesialisasi kemampuan terjun ( statik &
free fall) untuk mendarat di sasaran sasaran lepas pantai dan laut.
- Intelijen Tempur
- Sabotase dan kontra sabotase
- Demolisi bawah air
- SAR Tempur
Jumlah personel
Nil – untuk jumlah tidak pernah di ekspos karena pasukan ini mempunyai tingkat kerahasian yang tinggi dalam materi personil.
Kegiatan saat ini
- Melaksanakan Operasi khusus/Intelijen TNI dan TNI AL
- Melaksanakan Operasi “Kikis Bajak”
- Unit Anti Perompak Perairan Indonesia
- Buru Perompak di daerah Selat Malaka
- Buru Perompak di daerah Selat Sunda
- Buru Perompak di daerah Bangka Belitung
- Pengamanan Blok Ambalat Ambalat
- Pengamanan Objek Vital Lepas Pantai Oil Rig
- Latma Malindo Malaysia & Indonesia
- Latma PANDU EODEX dgn Republic of Singapore Navy Naval Diving Unit / RSN-NDU secara bergantian Singapura dan Indonesia
- Latma MCMEX / DIVEX dengan Tim NAVAL EOD dari 25 negara Asia Pasifik di Asia Pasifik
- Latma Flash Iron / SEALEX dengan US NAVY SEAL US Navy
- Latma Balance Iron dengan US Army Ranger US Army

3. Detasemen Jala Mengkara
Detasemen Jala Mangkara (disingkat
Denjaka) adalah sebuah
detasemen pasukan khusus TNI Angkatan Laut. Denjaka adalah satuan gabungan antara personel
Kopaska dan
Taifib Korps Marinir TNI-AL. Anggota Denjaka dididik di Bumi Marinir
Cilandak dan harus menyelesaikan suatu pendidikan yang disebut PTAL (
Penanggulangan Teror Aspek Laut).
Lama pendidikan ini adalah 6 bulan. Intinya Denjaka memang dikhususkan
untuk satuan anti teror walaupun mereka juga bisa dioperasikan di mana
saja terutama anti teror aspek laut. Denjaka dibentuk berdasarkan
instruksi
Panglima TNI kepada
Komandan Korps Marinir No Isn.01/P/IV/1984 tanggal
13 November 1984.
Denjaka memiliki tugas pokok membina kemampuan antiteror dan
antisabotase di laut dan di daerah pantai serta kemampuan klandestin
aspek laut.
Sejarah
Pasukan Khusus AL
Profil Prajurit Denjaka
Pada tanggal
4 November 1982,
KSAL membentuk organisasi tugas dengan nama
Pasukan Khusus AL (
Pasusla). Keberadaan Pasusla didesak oleh kebutuhan akan adanya
pasukan khusus TNI AL guna menanggulangi segala bentuk ancaman aspek laut. Seperti
terorisme,
sabotase, dan ancaman lainnya.
[1]
Pada tahap pertama, direkrut 70 personel dari
Batalyon Intai Amfibi (
Taifib) dan
Komando Pasukan Katak (
Kopaska). Komando dan pengendalian pembinaan di bawah Panglima
Armada Barat dengan asistensi
Komandan Korps Marinir.
KSALbertindak selaku pengendali operasional. Markas ditetapkan di Mako
Armabar.
[1]
Detasemen Jala Mengkara
Melihat perkembangan dan kebutuhan satuan khusus ini,
KSAL menyurati
Panglima TNI yang isinya berkisar keinginan membentuk
Detasemen Jala Mangkara.
Panglima ABRI menyetujui dan sejak itu (
13 November 1984),
Denjaka menjadi satuan Antiteror Aspek Laut. Merunut keputusan KSAL,
Denjaka adalah komando pelaksana Korps Marinir yang mempunyai tugas
pokok melaksanakan pembinaan kemampuan dan kekuatan dalam rangka
melaksanakan operasi antiteror, antisabotase, dan klandesten aspek laut
atas perintah
Panglima TNI.
[1]
Pola rekrutmen Denjaka dimulai sejak pendidikan para dan komando.
Selangkah sebelum masuk ke Denjaka, prajurit terpilih mesti sudah
berkualifikasi Intai Amfibi. Dalam menjalankan aksinya, satuan khusus
ini dapat digerakkan menuju sasaran baik lewat permukaan/bawah laut
maupun lewat udara. TNI AL masih memiliki satu pasukan khusus lagi,
yaitu Komando Pasukan Katak (Kopaska). Kedua satuan pernah beberapa kali
melakukan latihan gabungan dengan
US Navy SEAL.
[1]
Organisasi satuan
Denjaka terdiri dari satu markas detasemen, satu tim markas, satu tim
teknik dan tiga tim tempur. Sebagai unsur pelaksana, prajurit Denjaka
ditutut memiliki kesiapan operasional mobilitas kecepatan, kerahasiaan
dan pendadakan yang tertinggi serta medan operasi yang berupa
kapal-kapal, instalasi lepas pantai dan daerah pantai. Disamping itu
juga memiliki keterampilan mendekati sasaran melalui laut, bawah laut
dan vertikal dari udara.
Pendidikan yang dilakukan
Kursus awal
Setiap prajurit Denjaka dibekali
kursus penanggulangan antiteror aspek laut yang bermaterikan:
- Intelijen,
- Taktik dan teknik anti-teror, dan anti-sabotase,
- Dasar-dasar spesialisasi,
- Komando kelautan dan keparaan lanjutan
Kursus ini dilaksanakan setiap kurang lebih 5,5 bulan bertempat di
Jakarta dan sekitarnya.
Kursus lanjutan
Dilanjutkan dengan materi pemeliharaan kecakapan dan peningkatan kemampuan kemahiran kualifikasi
Taifib dan
Paska,
pemeliharaan dan peningkatan kemampuan menembak, lari dan berenang,
peningkatan kemampuan bela diri, penguasaan taktis dan teknik penetrasi
rahasia, darat, laut dan udara, penguasaan taktik dan teknik untuk
merebut dan menguasai instalasi di laut, kapal, pelabuhan/pangkalan dan
personel yang disandera di objek vital di laut, penguasaan taktik dan
teknik operasi klandestin aspek laut, pengetahuan tentang
terorisme dan sabotase, penjinakan
bahan peledak, dan peningkatan kemampuan survival, pelolosan diri, pengendapan, dan ketahanan interogasi.
Persenjataan
Untuk mendukung operasi personel Denjaka dibekali antara lain
submachine gun MP5,
Daewoo K7,
senapan serbu G36,
HK416,
Pindad ss-1,
CZ-58,
senapan mesin ringan Minimi M60,
Daewoo K3, serta
pistol Beretta dan SIG Sauer 9 mm.
Komandan
Beberapa perwira yang pernah memimpin Denjaka antara lain adalah
Mayjen TNI (Mar) Nono Sampono (AAL 1976) dan
Brigjen TNI (Mar) Yusuf Solichin. Komandan Denjaka yang sekarang menjabat adalah
Letkol Laut Yudi Bramantyo N.S.. Ia dilantik tanggal
30 Desember 2009 menggantikan
Letkol Mar Widodo.
Daftar Komandan Denjaka
Berikut daftar Komandan Denjaka:

4. Satuan 81/Penanggulangan Teror
Satuan 81/Penanggulangan Teror atau disingkat
Sat-81/Gultor adalah satuan di
Kopassus yang setingkat dengan Grup, bermarkas di
Cijantung,
Jakarta Timur.
Kekuatan dari satuan ini tidak dipublikasikan secara umum mengenai
jumlah personil maupun jenis persenjataannya yang dimilikinya, semua itu
dirahasiakan.
Sejarah berdirinya
Mengantisipasi maraknya tindakan pembajakan pesawat terbang era tahun 1970/80-an, Kepala
Badan Intelijen Strategis (BAIS)
ABRI menetapkan lahirnya sebuah kesatuan baru setingkat detasemen di lingkungan Kopassandha. Pada
30 Juni 1982, muncullah
Detasemen 81 (Den-81) Kopassandha dengan komandan pertama
Mayor Inf.
Luhut Binsar Panjaitan dengan wakil
Kapten Inf.
Prabowo Subianto. Kedua perwira tersebut dikirim untuk mengambil spesialisasi penanggulangan teror ke
GSG-9 (Grenzschutzgruppe-9)
Jerman dan sekembalinya ke Tanah Air dipercaya untuk menyeleksi dan melatih para
prajurit Kopassandha yang
ditunjuk ke Den-81. Satuan-81 merupakan ujung tombak pertahanan dan
keamanan Republik Indonesia. Tidak seperti satuan lain yang selalu
mengexpose kegiatan mereka, Visi dan misi Satuan-81 adalah untuk “tidak
diketahui,tidak terdengar dan tidak terlihat”
Organisasi pasukan
Keinginan mendirikan Den-81 sebenarnya tidak terlepas dari peristiwa
pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla di Bandara Don Muang, Bangkok, 31
Maret 1981. Nah, pasukan yang berhasil membebaskan Woyla inilah yang
menjadi cikal bakal anggota Den-81, dan belakangan diganti lagi jadi
Satuan 81 Penanggulangan Teror (Sat-81 Gultor). Dari periode 1995 –
2001, Den-81 sempat dimekarkan jadi Group 5 Antiteror. Detasemen-81
adalah merupakan salah satu organisasi bersenjata yang paling progresif
didunia. Detasemen-81 adalah merupakan unit kedua di dunia (setelah
GSG-9)pemakai senapan serbu HK MP-5 dan produk Heckler & Koch
lainnya. Selan itu, Detasement-81 juga adalah pelopor pemakaian PETN
sebagai bahan peledak alternatif selain C-4 dan Semtek.
Satuan yang ada di bawah kendali Sat-81 adalah
Batalyon 811 dan
Batalyon 812.
Sistem rekrutmen
Secara organisatoris, Gultor langsung di bawah komando dan
pengendalian Komandan Jendral Kopassus. Gultor saat ini dipimpin perwira
menengah berpangkat kolonel. Proses rekrutmen prajurit Gultor dimulai
sejak seorang prajurit selesai mengikuti pendidikan para dan komando di
Batujajar. Dari sini, mereka akan ditempatkan di satuan tempur Grup 1
dan Grup 2, baik untuk orientasi atau mendapatkan pengalaman operasi.
Operasi Sat-81/Gultor
Sekembalinya ke markas, prajurit tadi akan ditingkatkan kemampuannya
untuk melihat kemungkinan promosi penugasan ke Satuan Sandi Yudha atau
Satuan Antiteror. Untuk antiteror, pendidikan dilakukan di Satuan
Latihan Sekolah Pertempuran Khusus Batujajar. Secara keseluruhan, bisa
dipastikan bahwa Detasemen-81 terlibat didalam setiap operasi rahasia
militer yang dilakukan ABRI dan kemudian dilanjutkan oleh TNI. Adapun
operasi tersebut adalah Timor-Timur, Aceh,Irian Jaya dll. Dengan
maraknya pelanggaran perbatasan RI oleh tetangga RI di Utara, disinyalir
bahwa satu peleton Den-81 telah ditugaskan di perbatasan Kalimantan
Timur untuk patroli intai jarak jauh (long range Recce mission)
Dikabarkan pula bahwa unsur Den-81 telah diturunkan juga untuk mengejar
Nordin M Top dan kawan kawan. Sampai saat Satuan 81 anti teror adalah
salah satu perangkat BIN (Badan intelijen nasional) di dalam operasi
khusus yang bersifat paramiliter.

5. Komando Pasukan Khusus
Komando Pasukan Khusus yang
disingkat menjadi
Kopassus adalah bagian dari Bala Pertahanan Pusat yang dimiliki oleh
TNI Angkatan Darat yang memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian, dan anti teror.
Dalam perjalanan sejarahnya, Kopassus berhasil mengukuhkan
keberadaannya sebagai pasukan khusus yang mampu menangani tugas-tugas
yang berat. Beberapa operasi yang dilakukan oleh Kopassus diantaranya
adalah operasi penumpasan
DI/TII, operasi militer
PRRI/
Permesta,
Operasi Trikora,
Operasi Dwikora, penumpasan
G30S/PKI,
Pepera di
Irian Barat,
Operasi Seroja di
Timor Timur, operasi pembebasan sandera di Bandara Don Muang-Thailand (
Woyla),
Operasi GPK di
Aceh, operasi pembebasan sandera di
Mapenduma,
serta berbagai operasi militer lainnya. Dikarenakan misi dan tugas
operasi yang bersifat rahasia, mayoritas dari kegiatan tugas daripada
satuan KOPASSUS tidak akan pernah diketahui secara menyeluruh. Contoh
operasi KOPASSUS yang pernah dilakukan dan tidak diketahui publik
seperti: Penyusupan ke pengungsi Vietnam di pulau Galang untuk membantu
pengumpulan informasi untuk di kordinasikan dengan pihak Amerika Serikat
(CIA), penyusupan perbatasan Malaysia dan Australia dan operasi patroli
jarak jauh
(long range recce) di perbatasan Papua nugini.
Prajurit Kopassus dapat mudah dikenali dengan baret merah yang
disandangnya, sehingga pasukan ini sering disebut sebagai pasukan baret
merah. Kopassus memiliki moto
Berani, Benar, Berhasil.
Sejarah Kopassus
Kesko TT III/Siliwangi
Pada tanggal
16 April 1952,
Kolonel A.E. Kawilarang mendirikan
Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (
Kesko TT). Ide pembentukan kesatuan komando ini berasal dari pengalamannya menumpas gerakan
Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku. Saat itu A.E. Kawilarang bersama
Letkol Slamet Riyadi(Brigjen Anumerta) merasa kesulitan menghadapi pasukan komando RMS.
A.E. Kawilarang bercita-cita untuk mendirikan pasukan komando yang dapat bergerak tangkas dan cepat.
Komandan pertama saat itu adalah
Idjon Djanbi. Idjon Djanbi adalah mantan kapten
KNIL Belanda kelahiran
Kanada, yang memiliki nama asli Kapten
Rokus Bernardus Visser. Pada tanggal
9 Februari 1953, Kesko TT dialihkan dari Siliwangi dan langsung berada di bawah
Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD).
KKAD
Pada tanggal
18 Maret 1953 Mabes ABRI mengambil alih dari komando Siliwangi dan kemudian mengubah namanya menjadi
Korps Komando Angkatan Darat(KKAD).
RPKAD
Tanggal
25 Juli 1955 organisasi KKAD ditingkatkan menjadi
Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (
RPKAD), yang tetap dipimpin oleh Mochamad Idjon Djanbi.
Tahun
1959 unsur-unsur tempur dipindahkan ke Cijantung, di timur
Jakarta. Dan pada tahun 1959 itu pula Kepanjangan RPKAD diubah menjadi
Resimen Para Komando Angkatan Darat (
RPKAD). Saat itu organisasi militer itu telah dipimpin oleh Mayor
Kaharuddin Nasution.
Pada saat operasi penumpasan DI/TII, komandan pertama,
Mayor Idjon Djanbi terluka, dan akhirnya digantikan oleh Mayor RE Djailani.
Puspassus AD
Pada tanggal
12 Desember 1966, RPKAD berubah pula menjadi
Pusat Pasukan Khusus AD (
Puspassus AD).
Nama Puspassus AD ini hanya bertahan selama lima tahun. Sebenarnya
hingga tahun 1963, RPKAD terdiri dari dua batalyon, yaitu batalyon 1 dan
batalyon 2, kesemuanya bermarkas di Jakarta. Ketika, batalyon 1
dikerahkan ke Lumbis dan Long Bawan, saat konfrontasi dengan Malaysia,
sedangkan batalyon 2 juga mengalami penderitaan juga di Kuching,
Malaysia, maka komandan RPKAD saat itu, Letnan Kolonel Sarwo Edhie
-karena kedekatannya dengan Panglima Angkatan Darat, Letnan Jenderal
Ahmad Yani, mengusulkan 2 batalyon ‘Banteng Raider’ bentukan Ahmad Yani
ketika memberantas DI/TII di Jawa Tengah di upgrade di Batujajar,
Bandung menjadi Batalyon di RPKAD, masing-masing Batalyon 441″Banteng
Raider III”, Semarang ditahbiskan sebagai Batalyon 3 RPKAD di akhir
tahung 1963. Menyusul kemudian Batalyon Lintas Udara 436 “Banteng Raider
I”, Magelang menjadi Batalyon 2 menggantikan batalyon 2 lama yang
kekurangan tenaga di pertengahan 1965. Sedangkan Batalyon 454 “Banteng
Raider II” tetap menjadi batalyon di bawah naungan Kodam Diponegoro.
Batalyon ini kelak berpetualang di Jakarta dan terlibat tembak menembak
dengan Batalyon 1 RPKAD di Hek.
Kopassandha
Tanggal
17 Februari 1971, resimen tersebut kemudian diberi nama
Komando Pasukan Sandi Yudha (
Kopassandha).
Dalam operasi di
Timor Timur pasukan ini memainkan peran sejak awal. Mereka melakukan operasi khusus guna mendorong integrasi Timtim dengan
Indonesia. Pada tanggal
7 Desember 1975,
pasukan ini merupakan angkatan utama yang pertama ke Dili. Pasukan ini
ditugaskan untuk mengamankan lapangan udara. Sementara Angkatan Laut dan
Angkatan Udara mengamankan kota. Semenjak saat itu peran pasukan ini
terus berlanjut dan membentuk sebagian dari kekuatan udara yang bergerak
(mobile) untuk memburu tokoh
Fretilin,
Nicolau dos Reis Lobato pada Desember
1978.
Prestasi yang melambungkan nama Kopassandha adalah saat melakukan
operasi pembebasan sandera yaitu para awak dan penumpang pesawat DC-9
Woyla Garuda Indonesian Airways yang dibajak oleh kelompok yang
menamakan diri Komando Jihad di bawah pimpinan Imran bin M Zen, April
1981. Pesawat yang tengah menerbangi rute Jakarta-Medan itu sempat
didaratkan di Penang, Malaysia dan akhirnya mendarat di Bandara Don
Muang, Bangkok. Di bawah pimpinan Letkol
Sintong Panjaitan,
pasukan Kopassandha mampu membebaskan seluruh sandera dan menembak mati
semua pelaku pembajakan. Korban yang jatuh dari operasi ini adalah Capa
(anumerta) Ahmad Kirang yang meninggal tertembak pembajak serta pilot
Captain Herman Rante yang juga ditembak oleh pembajak. Pada tahun
1992 menangkap penerus Lobato,
Xanana Gusmao, yang bersembunyi di Dili bersama pendukungnya.
Kopassus
Dengan adanya reorganisasi di tubuh
ABRI, sejak tanggal
26 Desember 1986, nama Kopassandha berubah menjadi
Komando Pasukan Khusus yang lebih terkenal dengan nama
Kopassus hingga kini.
ABRI selanjutnya melakukan penataan kembali terhadap grup di kesatuan
Kopassus. Sehingga wadah kesatuan dan pendidikan digabungkan menjadi
Grup 1, Grup 2, Grup 3/Pusdik Pasuss, serta Detasemen 81.
Sejak tanggal
25 Juni 1996 Kopasuss melakukan reorganisasi dan pengembangan grup dari tiga Grup menjadi lima Grup.
- Grup 1/Parakomando — berlokasi di Serang, Banten
- Grup 2/Parakomando — berlokasi di Kartasura, Jawa Tengah
- Grup 3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus — berlokasi di Batujajar, Jawa Barat
- Grup 4/Sandhi Yudha — berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur
- Grup 5/Anti Teror — berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur
Detasemen 81, unit anti teroris Kopassus, ditiadakan
dan diintegrasikan ke grup-grup tadi. Sebutan bagi pemimpin Kopassus
juga ditingkatkan dari
Komandan Kopassus yang berpangkat
Brigjen menjadi
Komandan Jendral (
Danjen) Kopassus yang berpangkat
Mayjen bersamaan dengan reorganisasi ini.
Struktur Satuan Kopassus
Perbedaan struktur dengan satuan infanteri lain
Struktur organisasi Kopassus berbeda dengan satuan
infanteri pada
umumnya. Meski dari segi korps, para anggota Kopassus pada umumnya
berasal dari Korps Infanteri, namun sesuai dengan sifatnya yang khusus,
maka Kopassus menciptakan strukturnya sendiri, yang berbeda dengan
satuan infanteri lainnya.
Kopassus sengaja untuk tidak terikat pada ukuran umum satuan
infanteri, hal ini tampak pada satuan mereka yang disebut Grup.
Penggunaan istilah Grup bertujuan agar satuan yang dimiliki mereka
terhindar dari standar ukuran satuan infanteri pada umumnya (misalnya
Brigade).
Dengan satuan ini, Kopassus dapat fleksibel dalam menentukan jumlah
personel, bisa lebih banyak dari ukuran brigade (sekitar 5000 personel),
atau lebih sedikit.
Lima Grup Kopassus
Secara garis besar satuan dalam Kopassus dibagi dalam lima Grup, yaitu:
Kecuali
Pusdikpassus,
yang berfungsi sebagai pusat pendidikan, Grup-Grup lain memiliki fungsi
operasional (tempur). Dengan demikian struktur Pusdikpassus berbeda
dengan Grup-Grup lainnya. Masing-masing Grup (kecuali Pusdikpassus),
dibagi lagi dalam
batalyon, misalnya: Yon 11 dan 12 (dari Grup 1), serta Grup 21 dan 22 (dari Grup 2).
Jumlah personel
Karena Kopassus merupakan pasukan khusus, maka dalam melaksanakan
operasi tempur, jumlah personel yang terlibat relatif sedikit, tidak
sebanyak jumlah personel infanteri biasa, dengan kata lain tidak
menggunakan ukuran konvensional mulai dari
peleton hingga
batalyon. Kopassus jarang sekali (mungkin tidak pernah) melakukan operasi dengan melibatkan kekuatan satu batalyon sekaligus.
Istilah di kesatuan
Karena berbeda dengan satuan pada umumnya, satuan di bawah
batalyon bukan disebut
kompi,
tetapi detasemen, unit atau tim. Kopassus jarang melibatkan personel
yang banyak dalam suatu operasi. Supaya tidak terikat dengan ukuran baku
pada kompi atau peleton, maka Kopassus perlu memiliki sebutan
tersendiri bagi satuannya, agar lebih fleksibel.
Pangkat komandan
- Komandan Grup berpangkat Kolonel,
- Komandan Batalyon berpangkat Letnan Kolonel,
- Komandan Detasemen, Tim, Unit, atau Satuan Tugas Khusus, adalah
perwira yang pangkatnya disesuaikan dengan beban tugasnya (mulai Letnan sampaiMayor).
Daftar Komandan Kopassus
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Komandan Jendral Kopassus
Saat ini, Kopassus di pimpin oleh seorang Komandan Jendral (Danjen) yang berpangkat
Brigadir Jendral. Saat ini jabatan Danjen diduduki oleh
Brigjen TNI
Lodewijk F. Paulus
Isu dan berita yang terkait dengan Kopassus
Nama besar dan citra yang disandang Kopassus sejak didirikannya
menyebabkan banyaknya pihak yang menarik-narik Kopassus untuk masuk
kedalam kegiatan bernuansa politis. Kopassus sejak dulu telah menjadi
tempat persemaian perwira-perwira muda potensial, yang kelak mengisi
pos-pos jabatan pimpinan TNI. Nama-nama seperti
Benny Moerdani,
Sintong Panjaitan,
Yunus Yosfiah,
Agum Gumelar,
Hendropriyono,
Prabowo Subianto,
dan lain-lain, adalah perwira-perwira yang sudah dikenal publik, saat
mereka masih berpangkat Kapten atau Mayor, berkat prestasi mereka di
lapangan.
Tahun 2008 pada Acara TV discovery(military chanel)
Ada acara tentang pasukan khusus terbaik di dunia di sebuah stasiun [[
TV Discovery]]
Channel military.KOPASUS menduduki peringakat ketiga sebagai pasukan
khusus tebaik didunia.Seluruh pasukan khusus didunia dinilai kinerjanya
dengan parameter menurut pendapat dari berbagai pengamat bidang militer
dan ahli sejarah. Hasilnya, peringkat pertama jatuh ke tangan SAS
(Inggris),peringkat kedua adalah MOSSAD (ISRAEL).Dan naratornya bilang
mengapa pasukan khusus dari Amerika tidak masuk peringkat terhormat. Itu
karena mereka terlalu bergantung pada peralatan yang mengusung
teknologi super canggih, akurat dan serba digital. Pasukan khusus yang
hebat adalah pasukan yang mampu mencapai kualitas sempurna dalam hal
KEMAMPUAN INDIVIDU. Termasuk didalamnya kemampuan bela diri, bertahan
hidup, kamuflase, strategi, daya tahan, gerilya, membuat perangkap, dan
lain2nya

6. Detasemen Bravo 90
Detasemen Bravo 90 (disingkat Den Bravo-90) terbilang
pasukan khusus Indonesia yang paling muda pembentukannya. Baru dibentuk secara terbatas di lingkungan
Korps Pasukan Khas TNI-AU pada
1990,
Bravoberarti yang
terbaik. Konsep pembentukannya merujuk kepada pemikiran
Jenderal Guilio Douchet:
Lebih mudah dan lebih efektif menghancurkan kekuatan udara lawan dengan
cara menghancurkan pangkalan/instalasi serta alutsista-nya di darat
daripada harus bertempur di udara. Motto: Catya Wihikan Awacyama Kapala
artinya Setia, Terampil, Berhasil
Pengukuhan Detasemen Bravo-90
Dikukuhkan pada tanggal 16 September 1999 oleh KSAU Marsekal Hanafie
Asnan. Dalam melaksanakan operasinya, Bravo dapat juga bergerak tanpa
identitas. Bisa mencair di satuan-satuan Paskhas, atau seorang diri.
Layaknya dunia intelijen Bukan main-main, Bravo-90 juga melengkapi
personilnya dengan beragam kualifikasi khusus tempur lanjut, mulai dari
combat free fall, scuba diving, pendaki serbu, teknik terjun HALO (High
Altitude Low Opening) atau HAHO (High Altitude High Opening), para
lanjut olahraga dan para lanjut tempur (PLT), dalpur trimedia (darat,
laut, udara), selam, tembak kelas 1, komando lanjut serta mampu
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dengan sarana multimedia.
Pasukan elit ini juga kebagian jatah untuk berlatih menembak dengan
menggunakan peluru tajam tiga kali lipat lebih banyak dari pasukan
reguler lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk melatih ketepatan dan
kecepatan mereka untuk bertindak dalam waktu sepersekian detik.
Struktur Organisasi Bravo-90
Bravo mempunyai 3 tim yang disebut Alfa 1 s/d 3. Alfa 1 mempunyai
spesialisasi intelijen. Alfa 2 berkualifikasi spesialisasi perang
kota/hutan dan Alfa 3 spesialisasi Counter Terrorism. Disamping itu ada
Tim Bantuan Mekanik untuk pemeliharaan senjata dan peralatan serta tim
khusus plus tim pelatih. Tapi sebenarnya 3 tim itu mempunyai keahlian
yang merata di bidang counter terrorism. Pasukan “inti” baret jingga ini
juga kerap berlatih dengan “kakak2 “nya di Gultor
Kopassus, Kopaska TNI-AL dan Den Jaka
Marinir Untuk
kedepan ada peningkatan standart pasukan sehingga mencapai 1 detasemen
secara utuh dengan jumlah ideal mengikuti tabel organisasi personel
(TOP) yaitu 265 personel dibawah pimpinan seorang Letnan Kolonel. Bravo
saat ini sudah memiliki fasilitas pertempuran jarak dekat (CQB). Bahkan
untuk latihan pembebasan sandera di pesawat, Bravo langsung
melaksanakannya didalam pesawat baik milik TNI-AU maupun PT. DI. Bravo
juga menjadi pasukan khusus pertama di Indonesia yang mampu menguasai
ilmu bela diri Stema yang merupakan ciri khas dari pasukan elit
Rusia.
Tahap Pendidikan Bravo-90
Pendidikan Bravo sekitar 6 bulan. Dilaksanakan di Wing III/Diklat
Paskhas Satdik 02 Lanjut dan Satdik 03 Khusus. Anggotanya diseleksi dari
siswa terbaik peringkat 1-40 lulusan sekolah komando Paskhas dan
personel aktif di skadron/Wing. Semua diseleksi ketat mulai dari IQ,
kesemaptaan, keahlian spesialisasi militer yang dibutuhkan serta
kesehatan. Semua dengan asistensi lembaga TNI-AU yang berkompeten dengan
bidang masing – masing. Nampaknya para pelatih Detasemen Penanggulangan
Teror “ala” Pasukan khusus TNI-AU ini tak main – main. Peluru tajam
digunakan dalam latihan tahap akhir. Alhasil para calon Bravo juga penuh
perhitungan, cermat, cepat sekaligus tepat dalam bertindak. Bertempur
total dan habis – habisan. Itulah kesimpulan akhir pendidikan Bravo.
Mereka tercetak menjadi prajurit elit Paskhas yang siap diterjunkan di
mana saja di seluruh Indonesia. Setelah lulus, para personel Bravo muda
ini berhak atas brevet bravo, lambang, Call Sign dan perlengkapan tempur
standard Bravo lainnya. Mereka juga dibagi ke dalam 3 tim Alfa dan Tim
Ban Nik. Bagi para personel Bravo yang telah dianggap senior, bisa
dipindahkan ke Tim khusus yang tak lain “berisi” prajurit Bravo
berkemampuan di luar matra udara yaitu Frogmens yang mampu melakukan
infiltrasi lewat laut, Selam Tempur, UDT, EOD, Zeni Demolisi,
Penerbangan, elektronika dll.
Rentang Penugasan Bravo-90
Dimulai sejak 1992 dalam pengamanan KKT di Jakarta, Misi pemulangan
TKI Cina, dan misi Geser Tim – Tim sebagai buntut lepasnya Tim – tim
dari NKRI. Bravo ditugasi mengendalikan Bandara Komoro dalam satgas
ITFET (Indonesian Task Force in East Timor), namun pengamanan pusat kota
juga dipercayakan kepada komando Bravo. Mereka bertugas sampai
detik-detik akhir turunnya merah-putih dari bumi Lorosae Setelah itu
dalam konflik Ambon, Bravo mengalami berbagai peperangan frontal dari
darat ke darat dalam menyekat 2 kubu yang bertikai. Bravo tergabung
dalam Yon Gab 1 bersama
Kopassus dan Taifib
Marinir. Dalam konflik
Aceh, Bravo ditugasi untuk mengamankan bandara dan lanud di seluruh wilayah NAD.
Inventaris Senjata Bravo-90
Pistol Scorpion sudah tinggal kenangan. Kini Bravo memiliki senjata
jagonya CQB yaitu MP 5. Sebagian adalah hibah dari Korea. Namun begitu
masih bagus. Pistol pun pakai SiG Sauer. Anggota Bravo dilengkapi
uniform full gears dengan peralatan terbaru. Mulai dari rompi anti
peluru, NVG, GPS, pelindung kaki dan lutut, sepatu khusus, pelindung
mata, pisau lempar sampai alat komunikasi point to point. Bahkan dalam
situasi khusus, Bravo bisa memboyong pesawat – pesawat
TNI-AU dari
pesawat angkut sampai pesawat tempur untuk menyokong misi operasinya.
Bravo juga kini telah memiliki senjata SAR-21 (Singapore Air Rifle).
Kabarnya Bravo mendapat 50 buah senjata jenis ini dari Mabes
TNI
Kendaraan Taktis Bravo-90
Detasemen Bravo-90 Paskhas
TNI-AU saat ini setidaknya mengoperasikan beberapa jenis kendaraan taktis antara lain:
Land Rover Defender MRCV (multi role combat vehicle)
Kendaraan taktis (rantis) Bravo-90 yang satu ini memang khusus.
Termasuk Land Rover jenis defender heavy duty antipeluru yang dilengkapi
tangga lipat serta penyangga mobil. Tangga ini lazim digunakan dalam
penyerbuan gedung (building assault). Agar mobil berdiri stabil,
penyangga diturunkan secara hidrolik untuk menahan goyangan. Melihat
tongkrongannya, rantis Bravo-90 ini adalah jenis Defender Td5 dengan
basis station wagon sasis panjang. Mobil yang dari pabrikannya dilego
seharga 20.495 poundsterling (standar) ini ditenagai mesin disel
berkapasitas 2500cc. Bila disimak lebih jauh, tentu saja ada fasilitas
khusus yang ditambahkan. Sebut saja plat pijakan kaki yang menempel
disekeliling bodi mobil. Tentu saja bukan tanpa tujuan fasilitas tadi
dibuat. Plat berfungsi sebagai pijakan pasukan yang berdiri disekeliling
mobil. Dengan demikian maka pasukan bisa di drop dengan cepat.
Dirgantara Military Vehicle (DMV-30T)
Kendaraan sejenis “Humvee” dan bertampang “sangar” ini adalah produk
pertama dan asli rakitan PTDI. Kendaraan ini mendapat nomor register di
lingkungan
TNI-AUyakni
4020-10. DMV menggunakan mesin disel 3000 cc Ford Ranger dan teknologi
Mazda Tampilannya semakin perkasa dengan senjata utama senapan mesin
GRMG yang disimpan di bagian atap kendaraan, serta senjata FN Minimi
kaliber 5,56 mm yang menyembul keluar dari kabin depan yang tidak
dipasangi kaca. Gerakan mobil anyar itu dipastikan tetap lincah, baik di
jalan raya maupun di medan yang terjal sekalipun. Empat buah ban ukuran
besar melekat di dua as dengan ketinggian jarak lantai kabin ke tanah
sekitar 90 centimeter. Apabila tertembak, bagian ban masih akan tetap
berdiri dan berfungsi maksimal karena dilengkapi dengan lapisan besi
yang dipasang melingkar pada bagian ban. Kendaraan tempur ini didesain
untuk kapasitas empat orang prajurit dengan jok yang terbuat dari fibre
glass yang dicat khas warna loreng
TNI.
DMV mempunyai ketahanan perjalanan hingga 600 kilometer. Berbeda dengan
kendaraan biasanya, sasis DMV dibangun dengan besi-besi pipa
berkualitas sesuai dengan standard dan spesifikasi kendaraan versi
militer
Markas Komando Bravo-90
Pada tahun 2009, Detasemen Bravo-90 direncanakan telah menempati markas barunya seluas hektar di daerah Rumpin,
Bogor. Daerah ini dinilai sangat strategis karena dekat dengan dua lanud utama TNI-AU yaitu Lanud Atang Sanjaya,
Bogor dan Lanud Halim Perdanakusuma,
Jakarta sehingga
mudah untuk menggerakkan pasukan keseluruh wilayah Indonesia. Daerah
ini juga memiliki akses yang cepat ke pusat pemerintahan (khususnya
Istana Negara
Jakarta dan Istana
Bogor, Gedung MPR-DPR serta Mabes
TNI di
Cilangkap) maupun dengan pintu gerbang negara di Bandara Internasional
Soekarno-Hatta, Cengkareng. Selain itu Den Bravo-90 juga direncanakan
untuk dapat melindungi Pusat Pengembangan dan Pengkajian Iptek
(Puspiptek) milik BPPT dan fasilitas LAPAN di daerah Serpong,
Tangerang.

Mungkin diatas adalah beberapa satuan khusus / pasukan elit di
Indonesia yang sejauh ini diketahui. Tidak menutup kemungkinan masih ada
lagi satuan-satuan khusus rahasia.
7.
Batalyon Raider:
Batalyon Raider adalah satu batalyon pasukan elit infanteri Tentara
Nasional Indonesia (TNI). Raider adalah kualifikasi prajurit Tentara
Nasional Indonesia (TNI) yang dilatih untuk menguasai 3 kemampuan.
Kemampuan tersebut adalah:
1. Kemampuan sebagai pasukan anti-teroris untuk pertempuran jarak dekat.
2. Kemampuan sebagai pasukan lawan gerilya dengan mobilitas tinggi.
3. Kemampuan untuk melakukan pertempuran-pertempuran berlanjut (panjang).
8.
Kostrad Tontaipur:
Peleton Intai Tempur (Tontaipur) merupakan satuan elite Kostrad terbaru,
diresmikan pada tanggal 4 Agustus 2001. Setelah latihan secara intensif
selama lima bulan, 97 pasukan yang diseleksi dari Brigade Infantri 9
dan Brigade Infantri 13 Kostrad menjadi prajurit-prajurit pertama satuan
elite ini.
Sesuai kualifikasinya, Tontaipur akan diterjunkan untuk misi pengintaian
jarak jauh ke wilayah musuh dan melakukan penghancuran terhadap
sasaran-sasaran penting. Diantara perlengkapan yang dibawa, mereka akan
dibekali senapan serbu khusus berikut teropong bidik malam (NVG, night
vision goggle). Tiap personel Tontaipur ini memiliki kemampuan operasi
sekaligus di tiga matra, yakni di darat, laut, dan udara. Uji coba
pertama bagi Tontaipur adalah operasi penumpasan Gerakan Aceh Merdeka
(GAM).
Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (disingkat Korpaskhasau, Paskhas
atau sebutan lainnya Baret Jingga), merupakan pasukan (khusus) yang
dimiliki TNI-AU. Paskhas merupakan satuan tempur darat berkemampuan tiga
matra: laut, darat, udara. Dalam operasinya, tugas dan tanggungjawab
Paskhas lebih ditujukan untuk merebut dan mempertahankan pangkalan udara
dari serangan musuh, untuk selanjutnya menyiapkan bagi pendaratan
pesawat kawan. Kemampuan ini disebut dengan Operasi Pembentukan dan
Pengoperasian Pangkalan Udara Depan (OP3UD).
10. Indonesian Customs:
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai disingkat DJBC atau bea cukai adalah
nama dari sebuah instansi pemerintah yang melayani masyarakat di bidang
kepabeanan dan cukai. Seiring dengan globalisasi bea dan cukai
mengenakan istilah CUSTOMS, dipersenjatai untuk menangkal masuk nya
barang-barang larangan ke Indonesia.
11. Korps Brimob
 |
Korps Brimob |
Brimob
termasuk satuan elit dalam jajaran kesatuan Polri, Brimob juga
tergolong ke dalam sebuah unit paramiliter ditinjau dari tanggung jawab
dan lingkup tugas kepolisian.
korps Brimob; atau yg biasa disebut dengan brigade mobil atau
sebutan lainnya korps baret biru, brimob merupakan pasukan khusus yg ada
dalam institusi Polri, Brimob pertama-tama
terbentuk dengan nama Pasukan Polisi Istimewa. Kesatuan ini pada
mulanya diberikan tugas untuk melucuti senjata tentara Jepang, melindungi kepala negara, dan mempertahankan ibukota. Pada 14 November 1945 Perdana Menteri Sutan Sjahrir
membentuk Mobile Brigade (Mobrig) sebagai ganti Pasukan Polisi
Istimewa. pasukan Brimob ini . unit pasukan Brimob ini biasa diterjunkan
polri untuk menanngani kasus kejahatan yg intesitasnya tinggi , dan
kadang juga diterjunkan untuk membantu aparatm kepolisian dalam
mengahalau massa yg mulai anarkis dalam demontrasi, maupun diperbantukan
juga dalam menmagani bencana yg sedang terjadi di indonesia.Brimob ini
juga memiliki kemampuan pertempuran jarak dekat maupun jarak jauh karena
mereka juga dilatih untuk bertempur dan mottonya adalah sekali melangkah pantang menyerah, sekali tampil harus berhasil.jiwa ragaku demi kemanusiaan .